Sportwashing

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 24 Agustus 2022 – 19:53 WIB
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Istilah money laundering, atau cuci uang, sudah banyak dikenal publik. 

Istilah itu mengacu pada upaya pemakaian uang hasil kejahatan untuk dialihkan kepada bisnis atau kegiatan yang bersih, dengan tujuan untuk menyucikan uang hasil kejahatan itu. 

BACA JUGA: Menpora Amali: Giat Berlatih untuk Menatap Olimpiade dan Paralimpiade Paris 2024

Akan tetapi, istilah sportwashing belum banyak dikenal publik, meskipun praktiknya sudah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan.

Sportwashing secara harfiah bermakna ‘’cuci olahraga’’, maksudnya menyelenggarakan kegiatan olahraga dengan tujuan membersihkan diri dari citra negatif untuk mendapatkan citra positif. 

BACA JUGA: Olahraga Akibatkan Seseorang Terkena Serangan Jantung? Begini Kata Pakar

Sportwashing punya kemiripan dengan money laundering, terutama dalam hal upaya membersihkan kegiatan haram dengan melakukan kegiatan halal.

Istilah sportwashing belum banyak dikenal publik.

BACA JUGA: AS-Saudi Renggang, Pangeran MBS Reject Telepon Joe Biden

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan aktivitas event olahraga yang dipergunakan sebagai sarana pencitraan untuk menutupi kejahatan yang dilakukan oleh perorangan, organisasi, maupun negara.

Sportwashing dituduhkan kepada Pemerintah Arab Saudi di bawah Pangeran Muhammad Bin Salman--atau yang lebih dikenal sebagai MBS—yang beberapa waktu terakhir ini banyak menyelenggarakan event-event olahraga internasional. 

Terbaru, MBS menyelenggarakan pertarungan tinju kelas berat dunia mempertemukan Oleksandr Uysik dari Ukraina melawan Anthony Joshua dari Inggris.

Pertandingan yang digelar di Sport Arena di Jeddah ini dianggap sebagai upaya pencucian citra MBS melalui kegiatan olahraga internasional.

Inilah yang dikritik sebagai sportwashing untuk membersihkan citra MBS yang telanjur negatif di Inggris dan di Eropa pada umumnya.

MBS dianggap sebagai penguasa yang otoriter dan represif, dan bertanggung jawab terhadap terbunuhnya Jamal Khashoggi, wartawan The Washington Post, 2018 di Turki.

Khashoggi dibunuh karena kolom-kolomnya selalu mengritisi pemerintahan Arab Saudi di bawah MBS.

Awal Agustus seorang perempuan mahasiswa doktoral bernama Salma Al-Shehab dihukum 34 tahun penjara hanya gegara kicauan di akunnya di Twitter. 

Al-Shehab, seorang ibu dengan tiga anak, dan sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Britania Raya, aktif bermain Twitter, tetapi pengikutnya baru sekitar 2.600 orang.

Jumlah ini terlalu kecil untuk bisa menimbulkan kekacauan sebagaimana yang dituduhkan Pemerintah Arab Saudi.

Al-Shehab sering me-retweet kicauan yang memperjuangkan hak-hak perempuan. 

Ketika ia berlibur ke Arab Saudi untuk menjenguk keluarga ia ditangkap dan diadili lalu divonis 6 tahun penjara. 

Dia melakukan banding, tetapi malah dihukum 34 tahun penjara. 

Alasannya, kicauannya mengakibatkan instabilitas keamanan, padahal follower-nya hanya  dua ribu orang.

Yang terbaru, pengadilan Arab Saudi menghukum Imam Masjid Al-Haram Sheikh Saleh Al-Taleb 10 tahun penjara karena mengritisi pemerintah dalam khutbahnya.

Skeikh Taleb dipecat dari jabatannya sebagai imam Masjid Al-Haram setelah ditangkap ditangkap pada Agustus 2018.

Tidak ada penjelasan resmi atas penahanan ulama berusia 48 tahun itu. 

Akan tetapi, kelompok hak asasi manusia mengatakan penangkapannya terjadi setelah dia menyampaikan khotbah tentang kewajiban umat Islam untuk berbicara menentang kejahatan di depan umum.

Saat itu, dalam ceramahnya, Al-Taleb, yang juga menjabat sebagai hakim di Makkah, mencemooh pembauran lelaki dan perempuan yang bukan muhrim dalam konser dan acara hiburan lainnya.

Pemenjaraan Salma Al-Shehab dan Sheikh Al-Taleb serta pembunuhan Khashoggi menambah daftar panjang pelanggaran hak asasi oleh rezim MBS.

Tindakan ini akan makin memicu protes dari berbagai penjuru dunia.

Aktivis perempuan Loujain Al-Hathloul, 31 tahun, dibebaskan setelah mendekam di penjara karena aktivitasnya sebagai feminis yang berperan penting dalam gerakan untuk membolehkan perempuan mengemudi di negara kerajaan itu.

Dia ditahan pada 2018, beberapa minggu sebelum larangan itu dicabut.

Dia dijatuhi hukuman hampir enam tahun penjara dengan pengamanan ketat, namun masa hukuman dua tahun dan 10 bulannya ditangguhkan.

Hathloul menjadi simbol penindasan terhadap perbedaan pendapat di Arab Saudi setelah ia ditahan pada Mei 2018 bersama sekitar selusin aktivis perempuan lain yang berkampanye agar perempuan diizinkan mengemudi.

Kasus Al-Hathoul menjadi terkenal secara global, melebihi kasus aktivis perempuan lainnya yang mendekam di penjara.

Keluarganya sangat aktif mengampanyekan pembebasannya di berbagai forum internasional.

Pembunuhan Khashoggi ini mencoreng citra MBS di mata internasional.

MBS yang sekarang menjadi penguasa de facto Arab Saudi berusaha menampilkan citra sebagai pemimpin modern yang progresif dengan memperkenalkan visi pembangunan Arab Saudi yang dikemas dalam ‘’Vision 2030’’.

Dalam visi itu MBS ingin membawa negaranya menjadi negara maju yang modern sejajar dengan negara-negara besar dunia.

MBS ingin menjadikan Arab Saudi sebagai negara termaju dan termodern di kawasan Timur Tengah pada 2030.

MBS melakukan kampanye internasional yang intensif untuk menyosialisasikan proyeknya itu.

MBS mengubah secara total citra Arab Saudi dari negara konservatif Islam menjadi negara yang modern dengan standar barat.

MBS membebaskan wanita dari kewajiban berhijab, membolehkan wanita menyetir mobil sendiri, dan membolehkan wanita bepergian tanpa muhrim.

MBS mengadakan pertunjukan musik kelas internasional tanpa ada pemisahan penonton laki-laki dan perempuan.

Praktik ini tidak pernah terjadi dalam sejarah Arab Saudi. MBS membuka negaranya untuk pariwisata asing.

MBS bahkan membuka pantai di Jeddah untuk kegiatan berjemur dengan berbikini.

Hal ini dilakukan untuk menjaring turis asing sekaligus menarik simpati internasional.

Akan tetapi, di sisi lain MBS trerus melakukan kegiatan represif dengan penangkapan dan pemenjaraan kalangan oposisi dan para aktivis demokrasi.

Para pangeran kerajaan yang tidak setuju dengan kebijakannya dan dianggap sebagai penghalang ditangkap dan dipenjarakan.

Serangkaian upaya sportwashing dilakkan. Arab Saudi ingin menjadi tuan rumah Olimpiade. Olimpiade adalah pesta olahraga multicabang paling besar di dunia.

Saudi sudah berbicara kepada Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk merancang penawaran perhelatan turnamen olahraga internasional itu.

Arab Saudi dalam beberapa tahun terkini menggelar balap mobil F1 untuk kali pertama di Jeddah pada 2022.

Dalam tahun sama, Arab Saudi juga menjadi tuan rumah untuk kali pertama laga MotoGP. Kedua, pada 2023, Arab Saudi juga akan menjadi tuan rumah World Combat Games.

Arab Saudi juga menjadi tuan rumah untuk Asian Games 2034.

Tak berhenti sampai di situ, Arab Saudi mengincar pencalonan tuan rumah untuk Sepak Bola Piala Asia 2027.

MBS juga membeli klub liga premier Inggris Newcastle United dan siap menggelontorkan uang besar untuk mengerek prestasi dan prestise MBS di Inggris.

Semula pembelian ini diprotes suporter Inggris, tetapi federasi sepak bola Inggris merestuinya dan suporter tidak bisa berbuat apa-apa.

Di tengah berbagai pelanggaran ini Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkunjung ke Arab Saudi menemui MBS, Juli lalu. 

Kunjungan ini dikecam luas karena dianggap mengendorse pemerintahan represif rezim MBS.

Akan tetapi, Biden tidak bisa berbuat banyak. 

Dia dalam posisi kepepet sehingga harus memohon kepada MBS untuk mendapatkan tambahan suplai minyak dan energi.

Perang Rusia vs Ukraina membuat Amerika kekurangan pasokan energi karena ekspor dari Rusia dihentikan.

Tidak ada pilihan lain bagi Biden kecuali mendekati Arab Saudi. Kunjungan itu banyak dicemooh orang karena Biden bersalaman adu tinju.

Biden dianggap menjilat ludahnya sendiri karena semasa kampanye membual akan menjadikan Arab Saudi sebagai negara pariah atau negara pengemis.

Akan tetapi, kenyataannya sekarang justru Biden yang mengemis ke Arab Saudi.

Citra MBS kembali naik di mata internasional setelah kunjungan Biden.

Setidaknya diketahui bahwa MBS sudah memenangkan pertarungan citra melawan Biden.

Upaya melakukan sportwashing akan menjadi andalan MBS untuk semakin memuluskan citra internasionalnya.

Pepatah Inggris mengatakan ‘’money talks’’, uang bicara. Dengan kemampuan uangnya yang besar, MBS bisa berbicara banyak, dan para aktivis demokrasi hanya bisa diam. (*)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler