jpnn.com, KOLOMBO - Pemerintah Sri Lanka tak mau lengah. Mereka menempatkan 5.500 polisi tambahan di Provinsi Barat Laut (NWP). Tujuannya, mencegah serangan balasan kepada penduduk muslim pasca pengeboman 21 April lalu. Sebelumnya, jam malam juga diberlakukan untuk mencegah kerusuhan.
"Selama 24 jam terakhir sudah tidak ada insiden kekerasan," ujar Juru Bicara Militer Sumith Atapattu, Kamis (16/5) seperti dikutip AFP.
BACA JUGA: Eks Jagoan IT ISIS Pengin Pulang ke Tanah Air, Ini Respons Polri
Dia menambahkan, 112 tersangka yang terlibat serangan balasan kepada penduduk muslim sudah ditangkap. Sangat mungkin jumlahnya bertambah. Sebab, penyelidikan masih dilakukan. Hingga kemarin, akses ke media sosial juga masih dibatasi. Penyebaran berita yang bernada hasutan di media sosial dianggap sebagai salah satu pemicu kericuhan.
BACA JUGA: Muslim Sri Lanka Terus Jadi Sasaran, Polisi dan Tentara Tak Berdaya
BACA JUGA: Alhamdulillah, Situasi di Sri Lanka Mulai Terkendali
Sementara itu, Committee to Protect Journalists (CPJ) menyatakan keresahannya atas keputusan militer untuk mengembalikan Mayor Prabath Bulathwatte sebagai pejabat intelijen. Bulathwatte didapuk untuk membantu memerangi anggota militan jaringan Islamic State (IS) alias ISIS.
CPJ menganggapnya sebagai ancaman bagi pekerja media. Dia ditangkap pada 2017 karena terlibat serangan terhadap para jurnalis di masa kepemimpinan Mahinda Rajapaksa. Satu jurnalis tewas dan dua lainnya terluka. Bulathwatte baru saja bebas.
BACA JUGA: Muslim Sri Lanka Terus Jadi Sasaran, Polisi dan Tentara Tak Berdaya
"Penunjukan Bulathwatte sebagai pejabat intelijen menciptakan ancaman baru untuk jurnalis di Sri Lanka," tegas Koordinator Program Asia CPJ Steven Butler. (sha/c11/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Konflik Antaragama Makin Parah, Sri Lanka Blokir Medsos
Redaktur & Reporter : Adil