Sri Mulyani Khawatir Dunia Resesi Berjemaah, Indonesia Bagaimana?

Senin, 26 September 2022 – 20:12 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kekhawatiran terhadap ancaman resesi tahun depan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kekhawatirannya terhadap ancaman resesi di tahun depan.

Sebab, ancaman tersebut kian nyata usai beberapa negara dunia menaikkan suku bunga acuan secara bersamaan.

BACA JUGA: Sri Mulyani Bagi-Bagi Hadiah Duit Puluhan Miliar Rupiah ke Daerah, Ini Daftarnya

Sebelumnya, sejumlah bank sentral dunia mengkerek naik suku bunga acuannya usai The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan di kisaran 3 -3,25 persen.

Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga naik sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, diikuti kenaikan suku bunga depsit facility sebesar 50 bps menjadi 3,50, dan suku bunga lending faclity 50 bps menjadi 5 persen.

BACA JUGA: Ancaman Resesi Global, Bikin Harga Minyak Dunia Ambyar, Morat-marit

"Bank Dunia menyampaikan, bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersaman maka dunia pasti mengalami resesi di 2023," ujar Sri Mulyani pada konferensi pers APBN Kita secara virtual, Senin (26/9).

Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan kenaikan suku bunga bisa membuat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara terpukul.

BACA JUGA: DPR Apresiasi Jokowi Menggenjot Investasi di Tengah Resesi Global

Kemudian, Sri Mulyani menjelaskan tanda-tanda pelemahan ekonomi sudah mulai terlihat dari aktivitas Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur global yang turun dari 51,1 ke 50,3 per Agustus 2022.

Lebih lanjut, negara-negara G20 dan ASEAN, hanya 24 persen saja yang aktivitas manufakturnya masih di level ekspansi dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam, dan Arab Saudi.

"Hanya 24 persen dari negara G20 dan ASEAN-6. Artinya, mayoritas melambat dan mengalami kontraksi," katanya.

Meskipun demikian, Indonesia masih cukup bergerak positif karena masih dijalur akselerasi. Namun, harus bersikap hati-hati karena ekonomi dunia sedang mengalami pelemahan.

"Indonesia dengan kelima negara yang lain masih pada level yang akseleratif. Ini hal yang cukup positif. Kami akan menjaga," tegasnya. (mcr28/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler