jpnn.com - jpnn.com - Tujuh warga Banjarbaru dinyatakan positif mengidap HIV-AIDS.
Namun, tak semua pengidap mau menjalani pengobatan.
BACA JUGA: Jajan PSK, Akhirnya Divonis Terserang AIDS
"Dari tujuh yang positif, sayangnya ada dua yang menolak berobat," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banjarbaru Edi Sampana.
Ada beberapa banyak alasan pengidap menolak menjalani pengobatan.
BACA JUGA: Ya Ampun! Ada 8.300 Kasus HIV AIDS di Surabaya
Pertama, orang dengan HIV-AIDS (ODHA) merasa masih sehat bugar dan sangsi dengan hasil tes darah KPA.
"Menganggap enteng HIV. Kami pernah menghadapi kasus semacam ini. Benar saja, tanpa pengobatan tak sampai dua tahun jadi almarhum," ujarnya.
BACA JUGA: Tukang Parkir Ini Hatinya Sangat Mulia
Alasan kedua adalah tak kuat menahan efek samping.
Bagi sebagian ODHA, pil antiretroviral (ARV) memang bisa menyebabkan mual, sakit kepala terus-menerus dan bentol-bentol di kulit.
"Malah marah-marah, katanya minum ARV tambah sakit. Lalu memutuskan mencoba pengobatan lain semisal herbal," imbuhnya.
Penyebab ketiga adalah pearasaan malu. Edi pernah mendapati seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang positif HIV.
Karena takut ketahuan orang lain, pejabat teras tersebut enggan berobat.
"Saya menyarankan dia berobat ke Surabaya saja. Dunia ini kan sempit. Saya mengerti, kalau berobat di sini takut terlihat kenalan. Statusnya sebagai orang terpandang di masyarakat membuatnya kesulitan," tegasnya. (fud/ran/ema)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolongggg, Pengidap HIV-AIDS Semakin Banyak
Redaktur & Reporter : Ragil