Jajan PSK, Akhirnya Divonis Terserang AIDS

Minggu, 12 Februari 2017 – 19:10 WIB
Jajan PSK, Akhirnya Divonis Terserang AIDS. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Terlalu menuruti permintan anak bisa bikin buah hati keblinger. Seperti yang dialami Karin, 53. Saking sayangnya pada anak bungsunya, sebut saja namanya Donjuan, 23, membuatnya menyesal seumur hidup.

Sebab, kini anaknya terkena HIV-AIDS karena sering ’jajan’ sembarangan.

BACA JUGA: Ya Ampun! Ada 8.300 Kasus HIV AIDS di Surabaya

====================
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
====================

Di usianya yang sungguh sangat muda, Donjuan harus menerima dampak dari perbuatan hura-huranya, yakni menyesal seumur hidupnya.

BACA JUGA: Laku Suami, Saat Cantik Mengajak, Kena Lupus Dicerai

Ia didiagnosa menderita penyakit menular HIV-AIDS karena sering ‘jajan’ PSK di Malang.

Bahkan, Donjuan tak hanya menyesal terkena penyakit mematikan itu. Ia pun harus menerima kenyataan bahwa ayahnya menceraikan ibunya karena ulahnya.

BACA JUGA: CLBK Usai Pisah 10 Tahun, Kenalan Kirim Salam di Radio

Sang ayah, sebut Donwori, 56, justru menyalahkan ibunya, Karin yang terlalu memanjakannya.

”Enggak enak sama ibu. Kasihan ibu diceraikan sama ayah karena ulahku,” kata Donjuan menemani ibunya, Karin dalam pengajuan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Klas 1A Surabaya, Jumat (10/2).

Dalam kondisi masa rehabilitasi, Donjuan memang sengaja mengantarkan sendiri ibunya untuk proses mediasi.

Dia tak mau ibunya sedih sendirian karena beban yang dihadapinya sangat berat. Warga yang tinggal di kawasan Gunung Anyar, Surabaya Timur, itu tak menyangka bila kebiasaanya ’jajan’ PSK waktu kuliah di Kota Apel, berdampak pada hidupnya.

”Saya ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS, Red). Ibu dan ayah berpisah juga. Kalau ibu tidak memberi dukungan, mungkin saya pilih bunuh diri saja,” kata Donjuan.

Penyesalan datangnya memang selalu di akhir cerita. Menurut Donjuan, waktu kuliah ia terpengaruh pergaulan di kampusnya.

Teman-temannya sering ’beli’ wanita dan di bawa ke Batu. Maklum, Batu bisa ditempuh hanya setengah sampai satu jam dari Malang.

Batu juga berhawa dingin, sehingga paling endez kalau dipakai untuk ho ho hi he. Dia pun ikut-ikutan dan akhirnya seringkali meminta uang bulanan hingga Rp 10 juta ke orang tuanya.

Saking sayangnya Karin, perempuan itu pun ya saja. Karin tak berpikiran, uang puluhan juta itu digunakan Donjuan untuk apa saja.

Dia hanya berpikiran, tak ingin anaknya hidup susah ketika jauh dari orang tua. Sebenarnya, ayahnya seringkali menolak.

Akan tetapi, Donjuan selalu berhasil merayu ibunya. ”Ibu emang sangat sayang sama aku. Tidak pernah sekalipun menolak permintaanku,” jelasnya.

Maklum, Donjuan adalah anak bungsu laki-laki terakhir dari tiga bersaudara. Sampai akhirnya, pada tahun 2014, Donjuan sakit dan didiagnosa HIV-AIDS.

Di situlah, rumah tangga orang tuanya yang awalnya tentram dan tidak ada masalah, mulai runyam. Sang ayah seringkali menyalahkan sikap sang ibu yang selalu membela Donjuan.

Begitu pula Donjuan yang selalu meminta bantuan ibunya jika ia disalahkan oleh ayahnya. Sampai akhirnya, ayahnya kesal dan menalak cerai Karin.

Sementara Karin yang begitu bersahaja tidak terlalu berkomentar banyak. Ia menyadari kalau selama ini terlalu sayang pada anaknya.

Meskipun demikian, ia tak mau menyalahkan Donjuan maupun suaminya.

”Saya memang yang salah. Mungkin sudah nasib. Kalau enggak gini, anak bungsu saya juga enggak sadar. Namanya juga ibu. Sekalipun anak saya jadi penjahat, tetap akan saya bela mati-matian,” kata nenek dua cucu itu. (*/opi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Mengingkari Perjanjian Suci


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler