Ssst, Ada Agenda Singkirkan Oligarki Sebelum Pemilu 2024

Jumat, 13 Mei 2022 – 01:15 WIB
Ilustrasi demonstrasi. Ilustrasi : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Keinginan masyarakat untuk bisa merasakan perubahan di Indonesia sudah harus semakin dimatangkan. Bahkan dua masalah inti yang mengemuka belakangan harus diputus akarnya.

Demikian disampaikan Direktur Sabang Merauke Institute, Syahganda Nainggolan dalam acara refleksi 24 tahun Reformasi bertajuk "Menarik Benang Merah Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa: Perlawanan Terhadap Oligarki?" Yang diselenggarakan Masika-ICMI, di KopiBrug, Jalan Tebet Barat Dalam Raya No. 20, Tebet, Jakarta Selatan pada Kamis malam  (12/5).

BACA JUGA: Oligarki Bangkang Aturan Ekspor Minyak Goreng, Pemerintah Punya Senjata Pamungkas

"Bahwa pemulihan sistem demokrasi dan agenda menghancurkan dominasi oligarki dalam tatatan politik harus selesai tahun ini," kata Syahganda.

Menurut Syahganda, demokrasi telah dikerdilkan oleh rezim Jokowi dengan melakukan gerakan islamophobia, pemberangusan kebebasan sipil, berbagai pelanggaran HAM dan "illiberal democracy".

BACA JUGA: Kekuatan Oligarki Sudah Mengancam Eksistensi Pribumi

"Selain itu, rezim ini telah memberikan kedaulatan sepenuhnya pada kelompok oligarki. Kaum pemilik modal menguasai seluruh tatatan politik nasional. Termasuk dalam hal mafia minyak goreng, pemerintah Jokowi gagal melindungi segenap rakyat Indonesia," kata Syahganda.

Untuk kembali pada cita-cita reformasi politik yang diperjuangkan mahasiswa, Syahganda memandang perlu adanya gerakan mahasiswa, gerakan buruh dan kaum ulama yang bersatu merebut demokrasi dan menyingkirkan kaum oligarki.

BACA JUGA: Front Nasional Pancasila: Oligarki di Indonesia Makin Brutal

Bagi Syahganda, upaya tersebut mesti terjadi sebelum pemilihan 2024. Sebab, agenda pemilu ke depan tidak boleh melahirkan sistem demokrasi palsu sebagaimana yang berjalan saat ini, di mana rakyat tidak berdaulat.

"Konkretnya, pemerintah harus dipaksa membebaskan semua tahanan politik, seperti Habib Rizieq, dan lain-lain, melakukan reformasi agraria secara total dan mendorong keadilan sosial bagi seluruh rakyat," demikian Syahganda.

Sementara juru bicara Blok Politik Pelajar Delpedro Marhaen menyesalkan gerakan mahasiswa yang kerap dilakukan belum bisa menghasilkan apapun.

"Bahkan dua orang mahasiswa yang meninggal di Kendari juga tidak mengubah apa-apa," kata Delpedro.

Diskusi yang dimoderatori oleh Ketua Masika ICMI DKI Jakarta Hasreiza itu dihadiri puluhan aktivis, di antaranya Eggi Sudjana, Agung Nugroho, dan Adjie Rimbawan. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler