jpnn.com, JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) memperhatikan perkembangan ilmu biomedikal dan genomik, termasuk stem cell, dalam mengupayakan penanganan penyakit degeneratif di Indonesia.
“Kalbe terus berkomitmen mengembangkan ilmu pengetahuan dan inovasi sesuai nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh para pendiri Kalbe dan dr. Boenjamin Setiawan Ph.D.,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius dalam seminar internasional Dr. Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series (DBSDLS) yang ketujuh di Jakarta, Minggu (8/10).
BACA JUGA: Kalbe Farma Buktikan Komitmen Mendukung Penguatan UMKM
Ini merupakan kegiatan berbagi informasi atau edukasi ilmiah bersama dengan Stem Cell and Cancer Institute (SCI).
Vidjongtius mengatakan DBSDLS yang telah diselenggarakan sejak 2013 merupakan program edukasi dan diskusi mendalam mengenai perkembangan riset teknologi kesehatan terkini.
BACA JUGA: Tingkatkan Layanan Kesehatan, Kimia Farma-Kalbe Teken MoU
Target peserta DBSDLS adalah peneliti, dokter, akademisi, dan praktisi kesehatan.
Kegiatan ini bertujuan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan serta inovasi di bidang genomik dan stem cell yang dapat dimanfaatkan menjadi terobosan baru pengobatan di Indonesia.
Menurut Vidjongtius, hal ini selaras dengan program Kementerian Kesehatan, yakni pengembangan teknologi dan inovasi kesehatan di biomedical, genomic sequencing, dan cell therapy.
Kalbe pun sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan melalui program transformasi kesehatan demi terciptanya kemandirian kesehatan di Indonesia.
"Kami berharap dapat terus berkolaborasi dengan pemerintah dan semua pihak dalam menyukseskan implementasi inisiatif Transformasi Teknologi Kesehatan,” tutur Vidjongtius.
Fokus tema tahun ini berkaitan dengan pengobatan modern Genomic dan Stem Cell.
Deputy Director Stem Cell and Cancer Institute (SCI), dr. Sandy Qlintang, M.Biomed. menjelaskan bahwa manusia dilahirkan telah memiliki stem cell.
Namun, seiring bertambahnya usia, jumlah dan kualitas stem cell mengalami penurunan (penuaan stem cell).
Selain itu, faktor lingkungan seperti polusi, infeksi, dan faktor genetik juga turut berkontribusi.
“Penurunan jumlah dan kualitas stem cell dapat mengakibatkan penyakit degeneratif. Terapi stem cell sangat menjanjikan untuk tingkatkan peluang kesembuhan pasien,” papar dr. Sandy Qlintang, M.Biomed.
DBSDLS 2023 dihadiri Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, istri dr Boenjamin Setiawan Poppy Hadiman Setiawan, Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady, jajaran komisaris dan jajaran direktur PT Kalbe Farma Tbk.
Kalbe telah melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan penelitian dan inovasi di bidang Cell Therapy dan juga Genomik.
Salah satunya pada 2006 Kalbe mendirikan Stem Cell and Cancer Institute untuk meneliti dan mengembangkan cell therapy dan terapi berbasis gen.
Kemudian, tahun 2009, Kalbe meresmikan Kalbe Genomics atau KalGen, laboratorium diagnostik molekuler pertama di Indonesia, untuk memberikan layanan pemeriksaan genetik sel kanker, dan kini berkembang pada pemeriksaan genetik untuk penyakit lainnya.
Tahun 2010, Kalbe melalui anak perusahaannya, PT Bifarma Adiluhung, mendirikan Regenerative and Cellular Therapy atau ReGeniC untuk memberikan layanan pemrosesan sel punca dengan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan POM dalam memenuhi kebutuhan penelitian di bidang cell therapy untuk berbagai penyakit. (esy/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesyia Muhammad