Stimulus Fiskal Harus Tepat Sasaran

Konsumsi Rumah Tangga Mengkhawatirkan

Kamis, 27 November 2008 – 02:47 WIB
JAKARTA - Pemerintah harus mengefektifkan stimulus fiskal yang digelontorkanIni agar bisa lebih terasa manfaatnya, terutama untuk memutar roda perekonomian

BACA JUGA: Depresiasi Rupiah Tekan Pertumbuhan

Pencairan anggaran juga harus diiringi kualitas penyerapan
”Artinya, harus dispesifikkan untuk sektor apa dan untuk program apa,” kata Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika di Jakarta, Rabu (26/11)

BACA JUGA: Penerimaan Bea Cukai Lampaui Target APBNP



Dengan menjaga kualitas anggaran, dampak ke sektor riil lebih terasa
Menkeu Sri Mulyani Indrawati sendiri meminta pencairan anggaran yang bisa membasahi kembali likuiditas tidak digunakan untuk hal-hal yang berbau spekulatif.

Menurut Erani, percepatan perbaikan infrastruktur dan insentif untuk industri yang berorientasi ekspor harus diprioritaskan

BACA JUGA: Meski Krisis, BUMN Tetap Ekspansif

Dia mengatakan, apa yang terjadi saat ini membuktikan bahwa kinerja ekonomi yang tampak bagus ternyata lemah menghadapi serangan psikologis pelaku pasar”Ini bukan hanya soal konfiden pelaku pasar yang jatuh, tapi juga fondasi ekonomi yang rapuh,” ujar doktor ekonomi lulusan Goettingen University, Jerman, itu

Sejumlah variabel menunjukkan rapuhnya perekonomianMisalnya, kinerja ekspor RI dalam tiga tahun terakhir tampak bagusNamun, dibanding jumlah utang, itu relatif buruk”Rasio utang terhadap ekspor bersih mencapai 85 persenBandingkan dengan Filipina yang hanya 79 persen, Korsel 51 persen, Malaysia 23 persen, dan Singapura 6 persen,” jelasnyaVariabel lain seperti aset luar negeri neto dan jumlah utang jangka pendek juga membuktikan fondasi ekonomi yang rentan

Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo mengatakan, konsumsi rumah tangga tak cukup hanya dijaga, tapi harus diperkuatPenguatan konsumsi rumah tangga baru bisa diwujudkan jika kesejahteraan rakyat meningkat”Stimulus yang paling dibutuhkan adalah kebijakan yang mengeliminasi faktor-faktor penyebab lemah atau turunnya daya konsumsi rumah tangga Indonesia,” kata Bambang.

Dia menilai, tingkat konsumsi rumah tangga saat ini sudah mengkhawatirkan”Kalau kebutuhan pokok yang dikonsumsi sudah diturunkan kualitasnya dengan akibat gizi keluarga memburuk, daya serap keluarga atas kebutuhan sekunder produk industri mendekati nolItu sebabnya, permintaan produk alas kaki, TPT, hingga produk elektronik di pasar dalam negeri turun drastis,” katanya

Pemerintah memang mengklaim konsumsi rumah tetap bertumbuh”Tapi, jangan tutup mata pada fakta bahwa pertumbuhan itu didapat dari utang rumah tanggaBerutang lewat kartu kredit atau koperasi karyawan di kantor,” kata Bambang

Sebelumnya, pemerintah akan memberikan stimulus fiskal untuk menggairahkan sektor perekonomian yang lesu akibat krisisUntuk itu, pemerintah akan membelanjakan Rp 120 triliun selama Desember untuk membiayai proyek-proyek pemerintahStimulus tersebut diharapkan membuat ekonomi bergerak, sehingga sektor industri dapat mengalihkan pasar ekspor ke dalam negeri(eri/sof/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Swasta Bebas Pajak Tergantung Pemerintah


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler