JAKARTA - Persaingan antara pilot lokal dan asing ditengah menggeliatnya bisnis penerbangan makin menjadiKecemburuan sosial muncul lantaran pilot asing lebih "dimanja" maskapai.
HINGGA pertengahan 2011, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat 7 ribu pilot yang dimiliki maskapai Indonesia
BACA JUGA: Pilot Asing Digaji Empat Kali Lipat
Dari jumlah itu, sebanyak 300 pilot adalah warga negara asing (WNA)Beberapa sekolah penerbang saat ini pun bukan tidak berusaha
BACA JUGA: Pemerintah Lambat Keluarkan Keppres Busyro
Namun, tingginya biaya pendidikan serta tingginya syarat akademis untuk menjadi pilot membuat sekolah-sekolah itu angkat tanganTerdengar klise memang, tetapi itulah yang membuat lulusan sekolah penerbang minim
BACA JUGA: E-KTP RI Lebih Hebat Dibanding RRC dan India
Padahal, dia menyebut kebutuhan pilot baru setiap tahunnya berkisar antara 300 hingga 400 pilot baruNamun, angka itu tiap tahun terkoreksi lebih tinggi karena bisnis penerbangan terus meningkat.Sebelumnya, pernah memberitakan Sekolah Tinggi Penerbang Indonesia (STPI) Curug yang menjadi langganan maskapai untuk mendapatkan pilot baruDemi mendapatkan pasokan pilot, maskapai rela mengantre untuk mendapatkan lulusan pilot STPI Curug yang jumlahnya terbatas"Jumlah lulusan tidak sebanding dengan pertumbuhan maskapai," imbuhnya.
Nah, terus tumbuhnya penumpang yang menggunakan jasa angkutan udara membuat maskapai mau tidak mau harus menambah armadaMeski jumlah lulusan pilot terbatas, mereka tidak mau pusingMaskpai mempekerjakan pilot asing agar bisnis mereka tetap berjalan mulus.
Contoh langkanya pilot terlihat saat maskapai Mandala dinyatakan bangkrut beberapa waktu laluSaat itu, pilot-pilot yang mereka ibarat "tumpeng" yang diperebutkan banyak orangBerbagai maskapai berlomba untuk menggaet pilot Mandala karena para pilot tersebut sudah memiliki jam terbang dan terbiasa mengoperasikan Airbus.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait membenarkan hal ituPihaknya membutuhkan pilot asing karena lulusan pilot Indonesia tidak mencukupi kebutuhanSaat, ini dari 600 pilot Lion Air, sebanyak lima persen atau 30 pilotnya adalah asing"Tidak banyak karena disesuaikan kebutuhan kami," ucapnya.
Sedikitnya pilot asing itu seakan menjadi bukti bahwa pihaknya tidak fanatik dengan pilot asingBahkan, Edward menyebut kemampuan pilot lokal dan asing tidak ada bedanyaNamun, kuantitas yang memaksa para pilot asing tersebut ada di Indonesia"Kalau inginnya, pakai pilot lokal semua," tambahnya.
Kenapa? Menurutnya itu adalah langkah yang logisKalau kemampuan mereka sama, kenapa harus membayar orang yang lebih mahal untuk mengisi posisi ituSebab, saat mempekerjakan pilot asing maskapai harus memberikan servis ekstra pada pilot asing"Cost jadi lebih tinggi," tuturnya.
Servis ekstra itu antara lain travel cost, social cost hingga tempat tinggalLogika sederhana manajemen, lanjut Edward, pengusaha tentu lebih suka mempekerjakan pegawai yang tanpa mengeluarkan biaya ekstra tersebut"Karena itu, jumlahnya tidak banyak dan bersifat sementara," ungkapnya.
Dia sendiri berharap agar sekolah penerbangan bisa lebih banyak mencetak pilot baruSetidaknya untuk menebus "kekosongan regenerasi" pilot pada awal reformasiEdward ingat betul saat perekonomian Indonesia runtuh pada 1998, selama lima tahun tidak ada pilot baru yang dihasilkan.
Kekosongan selama lima tahun itulah seolah membuka kran kedatangan pilot asing dengan lebarApalagi, lepas 2003 bisnis penerbangan terus tumbuh pesat hingga sekarang
Terpisah, Kepala Komunikasi Garuda Indonesia Pujo Broto mengatakan saat ini maskapainya memiliki 800 pilotPilot asing yang dimilikinya mencapai 45 orangUntuk Garuda, tidak hanya persoalan minimnya lulusan yang menjadi masalah, tetapi ditempatnya ada ketentuan khusus"Apalagi, kami memiliki standar tersendiri untuk rekrutmen pilot," ucapnya.
Standar yang dimaksud adalah IATA (internasional air transport association) operational safety auditNah, beberapa pilot yang ada kalau tidak sesuai dengan standar itu tidak akan dipanggilKalaupun ternyata dalam proses rekrutmen itu ada pilot asing yang sesuai ketentuan, pihaknya akan memakai jasa pilot asing.
Meski demikian, Pujo menjelaskan jika pilot asing tersebut di-hire Garuda hanya untuk jangka pendekArtinya, keberadaan mereka bersifat sementara yakni antara satu atau dua tahun saja"Itu kami lakukan karena Garuda terus mengembangkan dan modernisasi armada, tapi resource penerbang dalam negeri tidak mencukupi," jelasnya.
Bertambahnya pilot asing di Garuda sendiri bukan tidak mungkin bertambahSebab, di tahun ini pihaknya berencana menambah 11 pesawat baruBahkan hingga 2015 nanti Garuda menargetkan jumlah pesawat yang dimiliki maskapainya menjadi 153 pesawat"Saat ini masih 88 pesawat kami miliki," tuturnya.
Di bagian lain, Corporate Communication Manager AirAsia Indonesia Audrey Progastama Petriny mengungkapkan, AirAsia memiliki 180 pilotDari jumlah tersebut, sekitar 4 persen atau sekitar 7 orang adalah pilot asing"Tidak semua kebutuhan pilot bisa dipenuhi pilot lokal, mau tidak mau kami harus menggunakan tenaga asing," katanya.
Untuk menyuplai tenaga pilot, AirAsia mengambil dari lulusan STPI CurugAirAsia juga menggandeng Bali International Flight Academy (BIFA)Beberapa murid disodori kontrak kerja agar saat lulus dari BIFA mereka langsung bergabung dengan AirAsiaDalam kontrak tersebut, AirAsia menyanggupi membayar separo biaya pendidikan pilot sampai mereka lulusPilot harus mengembalikan separo biaya pendidikan itu dengan mencicil dari gaji mereka di AirAsia.
Audrey mengakui, kebutuhan terhadap pilot begitu tinggiApalagi, semua maskapai sedang gencar membuka pasarSetiap kali mendatangkan pesawat baru, mereka harus menambah tenaga pilotDia mengklaim bahwa AirAsia tak pernah merasa kekurangan pilot"Kami selalu melakukan planning yang matangSebelum pesawat datang, pilot sudah harus siap," katanya(dim/aga)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Instruksikan Antar Tetangga Saling Mengawasi
Redaktur : Tim Redaksi