Strategi Industri Kosmetik Hadapi Produk Impor

Rabu, 31 Mei 2017 – 01:40 WIB
Ilustrasi kosmetik. Foto: AFP

jpnn.com, JAKARTA - Penurunan daya beli dan derasnya kosmetik impor membuat industri kosmetik domestik lesu.

Namun, pelemahan tersebut tidak berdampak terhadap Vitapharm, produsen kosmetik Viva.

BACA JUGA: Astra Daihatsu Geber Promo DP dan Cicilan Ringan

Kepala Divisi Pemasaran PT Vitapharm Danny Wibisono menyatakan, penjualan Viva masih stabil meski perusahaan kosmetik domestik lain mengalami penurunan.

Salah satu kuncinya, kesetiaan Viva menggarap kosmetik untuk kalangan menengah ke bawah.

BACA JUGA: Industri Pertambangan Terpengaruh Eksploitasi Lingkungan

’’Saat ini daya beli masyarakat rendah sehingga hanya Viva yang bisa memenuhi kebutuhan itu karena harganya masih terjangkau,’’ kata Danny, Selasa (30/5).

Menurut Danny, harga Viva masih terjaga hingga kini karena pihaknya lebih mementingkan kualitas produk, bukan tampilan luar.

BACA JUGA: Gus Ipul Pastikan Kebutuhan Pokok di Jatim Masih Stabil

Produk impor memiliki bentuk kemasan yang cenderung unik sehingga mampu menarik pembeli.

’’Viva tidak fokus di bentuk kemasan karena nanti juga pasti dibuang. Yang untung malah perusahaan kemasan,’’ ungkapnya.

Selain itu, Danny menjelaskan bahwa produk Viva dibuat dengan bahan baku di Indonesia seperti bengkuang, timun, dan jeruk.

Selain menjadi ciri lokal, harga bahan bakunya bisa lebih rendah.

Produk kosmetik legendaris Indonesia tersebut juga memiliki varian warna kosmetik yang disesuaikan dengan kulit masyarakat Indonesia.

Mulai kulit gelap hingga putih. Hal itu yang tidak dimiliki produk impor yang rata-rata berasal dari negeri kulit putih.

’’Bahkan, kami punya bedak dengan warna yang sesuai untuk masyarakat Papua dan NTT. Sebab, prinsip kami, semua wanita Indonesia itu cantik,” kata Danny.

Meski Vitapharm tidak melakukan ekspor, kosmetik Viva kini telah dijual di beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, dan Arab.

’’Produk kami dibawa langsung oleh pedagang untuk dijual ke beberapa negara. Kami tidak ekspor langsung karena harga Viva masih terlalu murah,” tuturnya. (pus/c20/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BCAP dan BABP Tambah Modal Rp 1,1 Triliun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler