Strategi Kemenperin Dorong IKM Agar Berorientasi Ekspor

Jumat, 05 Juli 2019 – 01:31 WIB
Ilustrasi pelatihan UMKM. Foto: Radar Bromo/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Jumlah industri kecil dan menengah di Indonesia mencapai 4,4 juta. Setiap tahun jumlahnya bertambah. Namun, hanya sedikit yang sudah berorientasi ekspor.

Direktur Jenderal IKM dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan, 30 ribu di antara total 4,4 juta IKM masuk kategori industri menengah.

BACA JUGA: Pasar di AS Tidak Seksi, Eksportir Udang Fokus Garap Dalam Negeri

’’Sekitar sepuluh ribu di antaranya masuk pasar luar negeri. Terutama Eropa,’’ katanya saat pembukaan Capacity Building Program on Enhancing the Development of Small and Medium Industry 2019 di Surabaya, Rabu (3/7).

BACA JUGA: Alasan BI Sempurnakan Layanan SKNBI soal Transfer Dana dan Kliring

BACA JUGA: PT Grand Kartech Perluas Pasar Ekspor ke Sejumlah Negara Tetangga

Sebanyak sepuluh ribu IKM itu menghasilkan produk kerajinan, perhiasan, dan furnitur. Sebenarnya pasar mancanegara yang belum tergarap masih luas.

Meski potensinya cukup besar, tidak semua IKM punya modal yang kuat untuk menembus ekspor.

BACA JUGA: Ekspor Turun, Gabungan Pengusaha Usul Pembentukan Satgas

’’Karena itu, Kemenperin terus berupaya membuat IKM Indonesia naik kelas,’’ tutur Gati.

Sampai akhir tahun, pemerintah menargetkan pertumbuhan lima persen IKM yang berorientasi ekspor.

Oleh karena itu, pemerintah menerapkan beragam strategi. Mulai rutin mengadakan pelatihan sumber daya manusia (SDM), membantu revitalisasi mesin dan peralatan pelaku industri, sampai menerapkan program restrukturisasi.

Lewat program tersebut, pemerintah memberikan subsidi 25 persen kepada IKM yang membeli mesin secara impor.

Subsidi 30 persen khusus diberikan untuk pembelian mesin produksi dalam negeri.

Selain itu, Direktorat Jenderal IKM memberikan layanan konsultasi dan pembuatan desain kemasan intelektual melalui Klinik Pengembangan Desain Kemasan dan Merek kepada IKM.

Mereka juga memfasilitasi pendaftaran hak atas kekayaan intelektual (HAKI) melalui Klinik HAKI-IKM.

Meski berlokasi di Jakarta, layanan tersebut memiliki jangkauan nasional melalui penggunaan aplikasi Klinik Kemasan dan fasilitator HKI.

’’Bersama Kementerian Sekretariat Negara, kami juga membantu membuka pasar luar negeri untuk IKM lewat kegiatan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) seperti yang berlangsung sekarang,’’ jelas Gati.

Gogor Oko, staf ahli Kementerian Sekretariat Negara Bidang Polhukam sekaligus koordinator KSST, menyatakan bahwa program itu menjadi forum pelatihan dan pertukaran informasi.

Forum tersebut diikuti sejumlah negara berkembang. Di antaranya, Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, dan Nepal. Juga, Pakistan, Iran, Malaysia, Brunei, Maladewa, India, dan Indonesia. Tahun ini Surabaya terpilih sebagai tuan rumah KSST.

’’Program ini sejalan dengan keinginan presiden untuk terus memperbesar peran sektor IKM dalam perekonomian,’’ ungkap Gogor.

Lewat KSST yang sudah berlangsung selama empat tahun ini, para peserta bisa saling bertukar informasi tentang produk potensial di pasar setiap negara. (car/c14/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Nasir: Akreditasi Mudahkan Produk Indonesia Tembus Pasar Global


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler