Strategi Pemimpin Menghadapi Persaingan Melalui Penciptaan Budaya Organisasi Pembelajar

Oleh: Hastuti Naibaho

Rabu, 13 September 2023 – 19:49 WIB
Hastuti Naibaho, Dosen Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Jaya. Foto: Dokumentasi UPJ

jpnn.com, JAKARTA - Persaingan bisnis yang semakin kompetitif mengharuskan organisasi memiliki kemampuan inovasi yang lebih tinggi dari pesaingnya.

Sebab, hanya dengan kemampuan inovasi akan dapat membuat organisasi menang dalam persaingan bisnis.

BACA JUGA: Sistem Pemeringkatan Universitas: Sebuah Alat atau Tujuan?

Kemampuan inovasi organisasi ditentukan oleh kemampuan inovasi dari semua anggota organisasi, bukan hanya mengandalkan pada kemampuan inovasi dari seorang pemimpin dalam organisasi tersebut.

Ketika seluruh anggota organisasi memiliki tingkat inovasi yang tinggi, maka organisasi tersebut akan memiliki daya saing yang tinggi, karena keunggulan bersaing organisasi tersebut berasal dari keunggulan sumber daya manusianya.

BACA JUGA: Universitas Pembangunan Jaya Resmi Luncurkan Buku UPJ Indonesia City Metrics

Keunggulan bersaing ini sulit ditiru oleh organisasi lain. Tingkat inovasi organisasi yang tinggi ditentukan oleh kemauan dan kemampuan belajar secara terus menerus oleh anggota organisasi.

Keinginan belajar secara terus menerus akan menghasilkan peningkatan kualitas secara konsisten yang pada akhirnya akan membentuk organisasi tersebut menjadi organisasi pembelajar.

Organisasi pembelajar adalah adalah organisasi yang dapat menggerakkan seluruh anggota organisasi untuk terus belajar menciptakan hal-hal baru yang berdampak positif bagi organisasi, seperti menghasilkan inovasi produk atau layanan dan meningkatkan efisiensi dalam segala aspek (Huysman, 1999).

Salah satu indikator keberhasilan kinerja dari seorang pemimpin organisasi adalah keberhasilan menciptakan budaya pembelajar pada organisasi yang dipimpinnya.

Banyak organisasi belum mampu masuk pada kriteria sebagai organisasi pembelajar sehingga sering kali pemimpin organisasi kesulitan dalam mencapai target kinerja organisasi.

Anggota organisasi belum secara sukarela untuk terus mengembangkan diri, dan jikapun ikut dalam program pengembangan yang diselenggarakan oleh perusahaan, program tersebut belum memberikan dampak positif bagi organisasi.

Pertanyaannya adalah apa yang harus dilakukan oleh pemimpin organisasi agar terbentuk budaya pembelajar pada seluruh anggota organisasi?

Berdasarkan hasil wawancara pada para pemimpin organisasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Naibaho, Hutasuhut, dan Pitaloka (2023), mereka menemukan bahwa pemimpin, mulai dari level tertinggi sampai pada level departemen atau unit perlu terus mengingatkan bawahannya bahwa hanya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dari seluruh karyawan akan dapat membuat organisasi mencapai target tujuan organisasi.

Para pemimpin mulai dari level paling atas sampai pemimpin pada level departemen atau unit perlu untuk memastikan proses pembelajaran dan peningkatan kualitas sumber daya manusia terjadi.

Rapat-rapat secara rutin dapat digunakan untuk memonitor apakah pembelajaran terjadi pada unit atau departemennya.

Tantangan terbesar bagi pimpinan untuk dapat menciptakan budaya pembelajar adalah perbedaan karakteristik setiap anggota organisasi.

Menggerakkan karyawan untuk secara sukarela belajar dan menyadari bahwa salah satu kunci keberhasilan organisasi terletak pada kemauannya untuk meningkatkan kualitas diri bukanlah hal yang mudah.

Setiap karyawan memiliki karakteristik individual yang berbeda serta sikap kerja yang berbeda.

Pemimpin perlu memahami profil bawahannya dan menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat untuk mendekati dan membangun hubungan kerja yang baik dengan mereka.

Melakukan pemetaan kompetensi dan ketertarikan bawahan juga penting untuk mendesain program pengembangan kompetensi bawahan.

Ketika pimpinan memberikan penugasan pengembangan kualitas bawahan dan program pengembangan tersebut sesuai dengan ketertarikan dan target kinerja karyawan secara individual, maka karyawan tersebut akan secara sukarela belajar dan mengembangkan kompetensinya.

Karyawan akan melihat arah dan hubungan langsung dari apa yang sedang dia lakukan dan tujuan yang hendak dia capai.

Hal ini jika dilakukan secara terus menerus akan menciptakan budaya pembelajar pada seluruh anggota organisasi.

Selain itu, pimpinan organisasi pada level tertinggi juga perlu untuk mendesain sistem yang dapat membentuk budaya pembelajar seperti mendesain sistem penghargaan untuk karyawan yang secara aktif meningkatkan kualitas diri.

Otoritas desain program pengembangan kompentensi karyawan juga perlu untuk didelegasikan pada level departemen atau unit sehingga pimpinan pada level tersebut dapat membuat program yang benar-benar cocok dengan profil karyawan dan target kinerja karyawan.

Hasil penelitian dari Naibaho, Hutasuhut, dan Pitaloka (2023) juga menemukan bahwa para pemimpin mengatakan salah satu indikator yang paling gampang dilihat bahwa proses pembelajaran terjadi adalah dengan melihat peningkatan kinerja dari masing-masing karyawan. (***)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler