Stres Bisa Menyebabkan Kehilangan Memori dan Penyusutan Otak?

Senin, 28 Januari 2019 – 14:16 WIB
Stres. Ilustrasi.

jpnn.com - Jika Anda menjalani kehidupan dengan tingkat stres tinggi, maka Anda bisa kehilangan ingatan dan mengalami penyusutan otak sebelum mencapai 50 tahun. Hal ini menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology.

"Tingkat kortisol yang lebih tinggi (hormon stres) tampaknya memprediksi fungsi otak, ukuran otak dan kinerja pada tes kognitif," kata penulis studi, Dr. Sudha Seshadri, profesor neurologi di UT Health San Antonio, seperti dilansir laman MSN, Minggu (27/1).

BACA JUGA: Pendapatan Tidak Stabil Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung?

"Kami menemukan adanya kehilangan ingatan dan penyusutan otak pada orang yang relatif muda jauh sebelum gejala apa pun bisa dilihat," tambah Seshadri.

Kortisol adalah salah satu hormon stres utama tubuh, paling dikenal karena perannya dalam naluri fight or flight pada manusia.

BACA JUGA: Tingkat Stres Yang Tinggi Menyebabkan Otak Menyusut?

Ketika kita dalam keadaan stres dan waspada tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan lebih banyak kortisol. Hormon ini kemudian bekerja untuk mematikan berbagai fungsi tubuh.

Setelah krisis berlalu, kadar kortisol harus turun dan sistem tubuh harus kembali normal.

BACA JUGA: Kulit Juga Bisa Stres, Ini 5 Tandanya

Tetapi jika tombol alarm Anda tetap ditekan, maka tubuh bisa terus rusak yang menyebabkan kecemasan, depresi, penyakit jantung, sakit kepala, kenaikan berat badan, sulit tidur dan tentu saja, masalah ingatan dan konsentrasi.

Hal ini karena otak sangat rentan, untuk itu semua nutrisi yang dibutuhkan harus berfungsi secara optimal.

"Otak adalah organ yang sangat lapar," kata Keith Foley, yang mengarahkan program ilmiah dan penjangkauan untuk Alzheimer Association.

"Otak membutuhkan sejumlah besar nutrisi dan oksigen agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Jadi, ketika tubuh membutuhkan sumber daya tersebut untuk mengatasi stres, justru ada lebih sedikit yang pergi ke otak," tambah Foley.

Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara risiko kortisol dan demensia, tetapi fokusnya kebanyakan pada orang tua dan area memori otak, yang disebut hippocampus.

Studi ini meneliti sekelompok pria dan wanita dengan usia rata-rata 48 tahun dan meminta mereka untuk melakukan scan MRI dari seluruh otak, bukan hanya pada area hippocampus saja.

Peneliti memilih lebih dari 2.000 orang tanpa tanda-tanda demensia dan memberi mereka berbagai tes psikologis untuk mengukur kemampuan berpikir mereka.

Semuanya adalah bagian dari Framingham Heart Study, sebuah studi jangka panjang yang disponsori oleh National Heart, Lung and Blood Institute yang telah mengikuti kesehatan penduduk Framingham, Massachusetts dan keturunan mereka sejak 1948.

Sekitar delapan tahun setelah pengujian awal, kelompok itu dievaluasi kembali.

Kortisol serum darah diukur sebelum sarapan. Kemudian scan otak MRI dilakukan dan serangkaian tes memori dan kognitif diulang.

Setelah menyesuaikan data dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, massa tubuh dan merokok, para peneliti menemukan bahwa orang-orang dengan tingkat kortisol paling tinggi mengalami kehilangan memori.

"Saya tidak terkejut dengan perubahan kognisi ini. Jika Anda memiliki kortisol yang lebih tinggi, maka Anda mungkin akan merasa lebih stres dan cenderung mengalami lebih banyak kesulitan mengerjakan tugas-tugas kognitif," kata Foley.

Apa yang mengejutkan, kata Foley, adalah temuan studi tentang efek kortisol pada struktur otak.

Tingkat kortisol yang tinggi dikaitkan dengan kerusakan lebih banyak pada bagian otak yang memindahkan informasi ke seluruh otak (korona radiata) dan antara dua belahan otak (corpus callosum).

Rata-rata, total volume otak otak pada orang-orang dengan tingkat kortisol yang tinggi adalah 88,5 persen, dibandingkan dengan 88,7 persen pada orang dengan tingkat kortisol yang normal.

Menariknya, efek dari kortisol tinggi pada volume otak tampaknya hanya memengaruhi wanita, bukan pria.(fny/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waspada, Debat di Media Sosial Bisa Bikin Anda Stres


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler