jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah mitos tentang penyakit strok yang beredar di masyarakat harus diluruskan.
Karena, penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia dan dunia. Di sisi lain, strok sebenarnya bisa dicegah sejak dini.
BACA JUGA: Waspadai 6 Gejala Strok Berikut
"Beberapa informasi yang tidak benar misalnya, strok merupakan penyakit orang tua dan tidak bisa dicegah. Juga mitos yang menyatakan strok adalah penyakit keturunan dan penyebab penyakit jantung. Sejumlah mitos itu harus diluruskan agar masyarakat tahu," tutur dr. Enseline Nikijuluw dalam webinar 'Kenali Stroke Mitos versus Fakta' belum ini.
Data Kemenkes RI menyebutkan strok adalah penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di Indonesia pada 2014.
BACA JUGA: Makin Memanas, Dokter Richard Lee Bakal Laporkan Balik Kartika Putri
Kemudian pada 2015, strok merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia.
Dokter spesialis saraf di Siloam Hospitals Ambon ini menyatakan hampir 80 persen gejala penyakit strok bisa dicegah melalui perilaku hidup sehat dan konsisten.
BACA JUGA: Ingin Mengubah Sikap Pasangan? Perhatikan 5 Saran ini dari Psikolog Gracia
Termasuk penyembuhan strok apabila timbul gejala dini.
"Dengan catatan, segera melakukan deteksi dini dan pengobatan teratur jika merasakan gejala penyakit strok," serunya.
Disebutkannya, cara mudah mengenali gejala strok biasanya sulit menelan air minum, gerakan sebagian anggota tubuh melemah dan sakit kepala yang muncul tak diduga.
"Karenanya sangat diperlukan melakukan pola hidup sehat sekaligus mengonsumsi asupan gizi yang seimbang. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang tidak normal pada tubuh kita," sarannya.
Dia menuturkan, membangkitkan rasa gembira dan bahagia, merupakan cara efektif dan mudah yang bisa dilakukan untuk mencegah strok.
Rasa gembira bisa merelaksasi otot dan kerja saraf tepi.
"Pada saat kita gembira atau merasa senang itu akan membuat keseimbangan hormon-hormon dan neurotransmiter otak. Maka akan memengaruhi kerja organ-organ di tubuh agar lebih aktif dan seimbang," katanya.
Penelitian pengembangan kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI pada 2014 menemukan, 21,1 persen dari seluruh penyebab kematian disebabkan oleh strok.
Adapun data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada 2009 menyebutkan 65 persen pasien strok mengalami kecacatan dari berbagai level.
Tidak hanya mereka yang tidak bisa berjalan, bergerak, tetapi juga gejala lain yang mengindikasikan seseorang terkena strok.
Hingga saat ini terdapat 17 juta kasus strok, 6,5 juta kematian, dan 26 juta penyintas di seluruh dunia.
"Faktor risiko yang menyebabkan strok pada umumnya karena darah tinggi, gula darah, diabetes, kolesterol, asam urat, obesitas, dan kebiasaan merokok serta mengonsumsi alkohol," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Mesyia Muhammad