Suap Akil Rp 7,5 Miliar, Wawan Dijerat Hukum Lagi

Kamis, 06 Maret 2014 – 13:35 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi bukan hanya menjerat Komisaris Utama PT Bali Pasific Pragama (PT BPP) Tubagus Chaeri Wardana Chasan alias Wawan pada kasus dugaan suap Pilkada Lebak saja. Adik Ratu Atut Chosiyah itu juga dijerat dalam kasus dugaan suap di Mahkamah Konstitusi (MK) untuk pemenangan kakaknya yang berpasangan dengan Rano Karno dalam Pilkada Banten.

Wawan dalam dakwaan Jaksa disebut menyuap mantan Ketua MK Akil Mochtar sebesar Rp 7,5 miliar untuk memenangkan Gubernur/Wagub Banten Ratu Atut Chosiyah-Rano Karno.

BACA JUGA: TNI AL Tanggung Biaya Pengobatan Korban Ledakan

"Duit dimaksudkan agar Akil Mochtar di MK menolak permohonan keberatan yang diajukan para pesaing Atut di Pilgub," kata Jaksa KPK Afni Carolina saat membacakan surat dakwaan di Pengadilan Tipikor, Kamis (6/3).

Menurut Jaksa, Wawan sebagai ketua tim pemenangan Ratu Atut-Rano Karno berhasil memenangkan Pilgub Banten pada 22 Oktober 2011 yang diikuti dua pasangan lainnya yakni Wahidin Halim-Irna Narulita dan Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki.

BACA JUGA: Boediono Bisa Langsung Diseret ke Pengadilan Tipikor

Atas hasil Pilgub yang ditetapkan KPU pada 30 Oktober 2011, Wahidin-Irna, Jazuli-Makmun dan Dwi Jatmiko-Tjejep Mulyadinata mengajukan permohonan keberatan ke MK.

Wawan yang sebelumnya mengenal Akil Mochtar memperoleh nomor telepon Andi M Arsun mantan asisten hakim dan staf ahli pada MK. Pada sekitar bulan Oktober 2011, Wawan menemui Andi di Hotel Ritz Carlton. Dalam pertemuan tersebut Wawan meminta Andi M Asrun menjadi salah satu kuasa hukum pasangan Ratu Atut-Rano Karno untuk menghadapi gugatan perkara di MK.

BACA JUGA: Demokrat Tetap Anggap Boediono Bersih dari Kasus Century

Untuk kepentingan Ratu Atut-Rano Karno menjadi pasangan calon terpilih gubernur/wagub Banten tahun 2011, pada Oktober 2011-November 2011, Wawan memerintahkan Ahmad Farid Ansyari, Mochammad Armansyah, Fredi Prawiradiredja, Asep Bardan, Yayah Rodiyah dan Agah Mochammad Noor mengirim uang ke Akil Mochtar dengan cara transfer ke rekening pada Bank Mandiri Cabang Pontianank atas nama CV Ratu Samagat milik istri Akil, Ratu Rita secara bertahap yang totalnya Rp 7,5 miliar.

"Yang mana atas permintaan terdakwa Wawan penulisan tujuan pengiriman uang dimaksud seolah-olah terdapat hubungan usaha antara PT BPP dengan CV Ratu Samagat," sambung jaksa.

Pengiriman uang untuk Akil ditulis dalam rincian yang disamarkan namanya. Pada 31 Oktober 2011 Ahmad Farid Ansyari mengirim uang Rp 250 juta Akil dengan menulis pada slip setoran sebagai biaya transportasi dan alat berat. Pada 31 Oktober 2011, Ahmad Farid mengirim uang lagi Rp 500 juta untuk "biaya transportasi dan sewa alat berat".

Pada 1 November 2011, Mochmmad Armansyah mengirim uang secara RTGS dari rekening PT BPP sebesar Rp 150 juta yang ditulis untuk biaya transportasi dan alat berat. Kemudian pada 1 November 2011, Ahmad Farid mengirim uang melalui Bank Mandiri Rp 100 juta yang juga ditulis sebagai biaya transporatasi dan alat berat.

Tanggal 17 November 2011, Yayah Rodiah mengirim uang Rp 2 miliar ditulis untuk pembayaran bibit kelapa sawit. Tanggal 18 November 2011, Agah Mochamad Noor mengirim uang Rp 3 miliar yang ditulis denagn keterangan "u/order sawit"

"Pada 18 November 2011, Yayah Rodiah kembali mengirim uang dari rekening PT BPPP Rp 1,5 miliar yang disebut untuk pembelian alat berat untuk Akil Mochtar," kata Jaksa.

Menurut Jaksa, atas perbuatannya, Wawan diancam pidana Pasal 13 UU Nomor 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah menjadi UU Nomor 20/2001 jo Pasal 64 atat (1) KUHPidana. Pada pasal ini, Wawan terancam pidana maksimal 3 tahun penjara. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Takut Ribut, Pengumuman Honorer K2 Tiga Provinsi Tunggu Klarifikasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler