Suara untuk Komodo Menurun

40 Pengacara Gugat N7W, JK, dan P2K

Jumat, 11 November 2011 – 06:48 WIB

JAKARTA - Hari ini (11/11) bakal menjadi klimaks kontroversi keikutsertaan Taman Nasional Komodo (TNK) di kontes tujuh keajaiban dunia alias The New 7 Wonders of The World (N7W)Sebab, pukul 19.00 WIB nanti, yayasan besutan Bernard Weber itu akan mengumumkan obyek apa saja yang berhak menyandang status paling ajaib.

Sebelumnya, yayasan yang bermarkas di Bern, Swiss, tersebut menyebut Komodo telah berhasil menembus 10 besar

BACA JUGA: 11-11-2011, Parade Nusantara Gelar Aksi Serentak di Jawa

Bersaing bersama Pulau Jeju Korea Selatan, Teluk Halong Vietnam, Laut Mati di perbatasan Jordania, Israel dan Palestina dan the Grand Canyon Amerika Serikat.

Termasuk dalam saingan Komodo adalah the Great Barrier Reef di Australia, Jeita Grotto Lebanon, Puerto Princesa Underground River di Filipina, Sundarbans di perbatasan Bangladesh dan India, serta Vesuvius di Italia
Namun, komposisi tersebut masih bisa berubah tergantung banyak tidaknya suara yang masuk.

Berdasar pantauan Jawa Pos di www.new7wonders.com/voting-tre nds, dari sepuluh besar tersebut yang suaranya tidak menurun hanya the Grand Canyon dan the Great Barrier Reef

BACA JUGA: BKN Duga Hanya Untuk Alihkan Perhatian

Komodo, dan tiga wakil asia lainnya dilaporkan suaranya menurun
Namun, hal itu tidak merefleksikan total suara lantaran hanya menghitung voting dari website.

Seperti yang sudah-sudah, tidak ditunjukkan detail perolehan suara

BACA JUGA: Antisipasi Merembet ke Jakarta

Hanya ada lingkaran berwarna merah yang artinya suara menurun dan hijau untuk peningkatanBegitu juga suara dari SMS yang masih disembunyikan"Unsur kerahasiaan dipertahankan," ujar Head of Communication N7W Eamonn Fitzgerald kemarin.

Kepada Jawa Pos, dia meminta agar kontes yang dibuatnya tidak lagi disamakan dengan ajang pencarian bakatOleh sebab itu, tidak bisa dituntut untuk transparan terhadap perolehan suara dengan detailSeperti diketahui, ajang pencarian bakat biasanya mendongkrak suara dengan menunjukkan lemahnya salah satu peserta sebelum mengeliminasi.

Fitzgerald menegaskan, suara itu tetap misteri sampai pihaknya mengumumkan siapa yang masuk tujuh besarKenapa? Menurutnya penting untuk merahasiakan jumlah suara karena nanti tidak ada satu pemenang"In this sense we are different from American Idol where only one winner is chosen (Ini yang membuat kami berbeda dengan American Idol yang hanya memilih satu pemenang)," imbuhnya.

Sama sekali? "Ya, sama sekali," lanjut FritzgeraldBahkan, kemungkinan paska diumumkan pemenang juga tidak akan menunjukkan berapa besaran suara ituDia mengatakan kalau tidak mengungkapkan rincian suara saat N7W of Nature diumumkan"Juga tidak akan mengungkapkan data yang dapat dianalisis untuk menentukan posisi," jawabnya.

Dia mengklaim jika cara itu sudah dilakukan mengumumkan N7W kategori buatan manusia pada 2007 laluDikatakannya, kebijakan kali ini sama dengan kampanye sebelumnyaFritzgerald lantas berterima kasih terhadap SMS dan cara voting lainnya yang menurutnya membuat kompetisi N7W bisa terus berlanjut.

Namun, benarkah pengumuman besok benar-benar bakal dilakukan di markas mereka di sebuah museum di Bern? Tampaknya itu sulit terjadiSebab, Dubes RI untuk Swiss Djoko Susilo mengatakan jika sampai saat ini tetap tidak ada tanda-tanda bakal dilakukan pestaPun di museum yang kabarnya menjadi markas mereka

"Sejauh yang kami pantau, tidak ada persiapan apapun," ujar Djoko kemarinGaungnya juga terdengar sama sekali karena banner maupun bentuk pemberitaan di media tertanggal 10 November tidak ada sama sekaliItu berlaku untuk media nasional maupun lokal di kota Bern, tempat markas mereka berada.

Entah kenapa, padahal saat konferensi pers dengan media Jum'at (4/11), Direktur N7W Jean Paul de la Fuente mengatakan bakal ada pesta di SwissItu dilakukan sebagai ganti atas tidak dipilihnya salah satu negara sebagai host malam deklarasi"Setiap negara pemenang bisa menggelar pesta sendiri," ujarnya saat itu.

Secara terpisah, hukum tampaknya mulai dibawa-bawa untuk menyelesaikan konflik Komodo di N7WBerbeda dengan N7W yang masih berencana melakukan gugatan hukum terhadap Dubes Djoko Susilo, kemarin Komite Supremasi Hukum Indonesia (KSHI) mendahului langkah ituNamun, bukan Dubes yang menjadi sasarannya.

Koordinator KSHI Achmad Salim mengatakan gugatan itu disampaikan kepada dua orang dan dua lembagaKedua individu tersebut adalah Jusuf Kalla (JK) selaku Duta Komodo dan ketua Pendukung Pemenangan Komodo (P2K) Emmy HafildSedangkan dua lembaga yang dimaksud adalah P2K dan yayasan N7W.

"Gugatan class action sudah kami daftarkan ke pengadilan negeri di Jakarta," ujar Achmad SalimDia mengatakan, bakal ada 40 pengacara yang siap mengawal gugatan tersebutGugatan tersebut dia lakukan atas empat permasalahan mendasar yang menurutnya sudah mengganggu warga.

Dia lantas menjelaskan, berbagai keluhan masyarakat itu dia bagi menjadi empat alasan dilakukannya gugatanPertama, kerugian yang muncul dari SMS KomodoMenurutnya, banyak warga yang mengeluh kalau SMS tersebut cukup mengganggu dan tarifnya tidak sesuai promosi"Banyak yang lapor pulsanya terpotong cukup besar," katanya.

Kedua, 40 pengacara yang tersebar di seluruh Indonesia itu mendapat keluhan kalau meningkatnya pengunjung ke TNK ternyata ada sisi burukPengunjung ada yang mengganggu proses konservasi dan habitat asliDia memasukkan poin ini karena P2K mengklaim meningkatnya kunjungan ke TNK karena prestasi mereka.

Ketiga, membantu pemerintah untuk menyampaikan informasi yang benar tentang KomodoKarena, sejak TNK ditangani P2K, peran pemerintah mereka singkirkan dan ada beberapa informasi yang kurang tepatUjung-ujungnya, P2K yang baru muncul setelah pemerintah mundur dari N7W merasa seperti paling tahu tentang TNK.

"Akhirnya merendahkan Komodo itu sendiriHanya sebatas simbol pariwisata yang kalau pun mati ya mati saja," ungkapnyaPadahal, Komodo adalah hewan purba yang layak dilestarikan dan bukan hanya sebagai simbol wisataKarena itu, dia ingin mendengar P2K menjelaskan Komodo kelaparan dan konservasi.

Alasan keempat merupakan respon atas pernyataan Jean Paul yang menghina Dubes Djoko SusiloMenurutnya, hal itu merupakan pelecehan terhadap simbol negara dan juga menghina kualitas sumber daya manusia IndonesiaPernyataan Jean Paul menurutnya tidak pantas diucapkan.

Achmad Salim menegaskan, gugatan class action itu bisa jadi somasi kalau empat hal itu tidak diperbaikiMinimal, kalau muncul fakta terjadi kerugian materiil dan imateriil maka pihaknya akan langsung melayangkan somasi"Penting karena banyak ketidakjelasan yang perlu diungkap," tegasnya.

Dia lantas menyinggung masalah SMSMenurutnya konyol kalau P2K menyamakan dengan ajang pencarian bakat atau SMS premium biasanyaSebab, dua hal itu tidak langsung bersentuhan dengan publik dan "menjual" nasionalismeOleh sebab itu, akuntabilitas dirasa sangat perlu.

Pakar komodo ProfPutra Sastrawan berharap agar polemic segera berakhirBaginya, polemic ini sangat menyita energi dan uangAlangkah baiknya jika dua hal itu disalurkan untuk menyelamatkan Komodo sendiriApalagi, koleksi Komodo di Kebun Binatang Surabaya (KBS) sempat mati.

Komodo yang memiliki nama ilmiah Varanus Komodoensis harusnya bisa menjadi alat pemersatuDia juga berharap agar hewan purba tersebut tidak menjadi komoditas semataIndikasinya, penggalangan SMS tidak bermanfaat bagi Komodo"Ini jadi salah kaprah," terangnya.

JK selaku Duta Komodo tidak ambil pusing dengan adanya gugatan ituBuktinya, dia hanya tertawa menanggapi gugatan yang dilakukan oleh KSHIBaginya aneh kalau dia di somasi karena mengantongi uang Rp 1 dari tiap SMS tersebut"Apanya yang mau disomasi? Hahaha..bikin lucu-lucuan saja," katanya.

Terkait kekhawatiran nasib-nasib Komodo setelah menang dan makin banyak turis yang datang juga dijawab JK dengan lugasMenurutnya, Komodo bukan dijadikan komoditas mass tourismYang menjadi destinasi wisata massal hanya Nusa Tenggara Timur (NTT)"Tetap ada kuota untuk pengunjung Pulau Komodo," pastinya(dim/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Eropa Krisis, RI Siap Beli Alat Militer Bekas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler