JAKARTA - Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dewi Sartika Hemeto, mengatakan pada APBNP 2015 anggaran subsidi untuk rakyat turun drastis sebesar 60 persen dari Rp 341,81 triliun pada 2014 menjadi 137,82 triliun pada 2015, atau turun Rp 203,99 triliun. Pengurangan itu menurut Dewi karena subsidi untuk premium dihapus.
"Akibatnya, harga premium ditetapkan mengikuti harga minyak dunia sejak 2015.Sebelumnya, Oktober 2014, dengan alasan saat itu harga minyak dunia naik, Pemerintah Jokowi menaikkan harga BBM dalam negeri. Namun pemerintah tak konsisten, giliran harga minyak dunia anjlok drastis hingga kisaran 40 dolar AS per barel, faktanya pemerintah tidak menurunkan harga BBM," kata Dewi Sartika Hemeto, Sabtu (28/11).
Pengurangan subsidi untuk rakyat lanjutnya, berlanjut ke APBN tahun 2016 ditandai dengan pemangkasan subsidi listrik sebesar Rp 23,15 triliun dari Rp 73,15 triliun di APBNP 2015 menjadi hanya Rp 50 triliun di APBN 2016.
"Akibatnya mulai Januari 2016 subsidi untuk pelanggan 900 KWh dihilangkan hingga tarif listrik 900 KWh. Pasti naik," ungkapnya.
Meski subsidi untuk rakyat terus-menerus dipangkas ujar Dewi, utang negara bertambah terus. Dihitung dari 2009-2014 total pembayaran bunga utang sudah mencapai Rp 622,42 triliun. Ditambah dengan cicilan pokok dan bunga kata Dewi, telah mencapai Rp 1.107.556 triliun.
"Meski sudah mencabut subsidi buat rakyat, bayar cicilan pokok dan bunga, nyatanya utang pemerintah terus membengkak. Total utang pemerintah pada akhir Juni 2014 sebesar 2.604,93 triliun rupiah naik menjadi 2.864.18 triliun rupiah pada Juni 2015 serta naik terus menjadi 2.911.41 triliun rupiah pada 31 Juli 2015," ungkap senator asal Provinsi Gorontalo ini.(fas/jpnn)
BACA JUGA: Ekspor Produk Indonesia ke Serbia Naik Signifikan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wah, Pemerintah Langgar Aturan, Newmont Kok Diberi Izin
Redaktur : Tim Redaksi