jpnn.com, JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) mengkhawatirkan pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 pada masa pandemi penyakit virus corona 2019 (Covid-19).
Yang menjadi kekhawatiran IDI ialah ketika kasus Covid-19 melonjak karena kerumunan selama tahapan pilkada, ternyata jumlah tenaga medis yang sehat berkurang dan daya tampung rumah sakit tak mencukupi lagi.
BACA JUGA: IDI: Kasus Covid-19 di Indonesia Belum Mencapai Puncak
Sekretaris Tim Audit dan Advokasi Kematian PB IDI Mahlil Ruby mengungkapkan, hingga saat ini sudah 115 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19.
"Sudah lebih 115 dokter meninggal. Kemudian dari 115 itu sekitar 60 persenan dokter umum yang praktik mandiri atau klinik maupun di rumah sakit," ujar Mahlil dalam diskusi daring bertema Menimbang Pilkada 2020: Tetap 9 Desember 2020 atau Ditunda Demi Keselamatan Bersama yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Kamis (24/9).
BACA JUGA: Catat, Kekhawatiran Anak Buah Doni Monardo soal PKPU Pilkada di Masa Pandemi
Menurut Mahlil, semestinya tingginya angka kematian dokter akibat Covid-19 itu menjadi refleksi bersama. "Ini suatu angka kematian tertinggi di dunia," tuturnya.
Oleh karena itu Mahlil sangat khawatir jika pada pilkada nanti ada kerumunan dan mengakibatkan lebih banyak orang terjangkiti Covid-19. Sebab, bisa jadi kapasitas rumah sakit dan tenaga medis tak mencukupi untuk ledakan kasus Covid-19 akibat pilkada.
BACA JUGA: Pesan Presiden Jokowi tentang Penyelenggaraan Pilkada di Masa Pandemi
Mahlil lantas berandai-andai dengan angka. Andai dalam Pilkada Serentak 2020 di 270 daerah nanti ada 5 juga orang berkumpul dan ternyata 10 ribu orang terjangkiti Covid-19, berarti harus ada 10 ribu tempat tidur untuk merawat pasien.
"Itu di luar OTG (orang tanpa gejala, red) atau kasus-kasus ringan. Ini yang perlu dipersiapkan sebelumnya. Apabila kita tetap menjalankan pilkada, maka seluruh komponen tadi sudah siap apa pun yang terjadi," tuturnya.(ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan