Sudah 20 Anak Merasakan ASI Milik Rena Meta

Minggu, 20 Agustus 2017 – 00:12 WIB
Rena Meta Wardani bersama buah hatinya di kantor Dinkes Ponorogo. Foto: Istimewa for Radar Ponorogo

jpnn.com - Rena Meta Wardani getol mendonorkan ASI-nya kepada bayi orang lain. Total sudah 20 anak merasakan ASI miliknya. Setiap bayi rata-rata mendapat ASI-nya hingga usia dua tahun.

AGIK NURCAHYO, Ponorogo

BACA JUGA: Rombongan Kemendes PDTT dan Wartawan Terdampar di Pulau tak Berpenghuni

RENA Meta Wardani tampak sehat. Energik dan murah senyum saat menjadi salah seorang nara sumber talk show peringatan Pekan ASI Sedunia (PAS) di halaman Gedung Terpadu, Ponorogo, Jatim, Selasa (15/8) lalu.

Warga Desa Sekarang, Siman itu diminta menjadi narsum lantaran kepeduliannya memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi.

BACA JUGA: Cerita Penjahit Baju Adat Banjar yang Dikenakan Presiden Jokowi

Bukan hanya pada dua anak kandungnya. Namun, dia sudah mendonorkan ASI-nya kepada 20 anak lain di berbagai daerah. Rena memang pendonor ASI aktif.

‘’Awalanya karena stok ASI saya melimpah dan sayang kalau dibuang. Makanya saya sumbangkan,’’ katanya.

BACA JUGA: Gendong Bayi, Tetap Ikut Upacara Kemerdekaan di Tanah Orang

Rena mengaku tak menyangka produksi ASI-nya bakal berlebih saat menyesui anak pertama 2011 silam. Dia memang rajin memompa.

Rena bertekad memberikan ASI eksklusif kepada buah hatinya hingga dua tahun sehingga stok harus cukup. Rena biasa memompa di rumah dan di tempat kerja.

Di luar dugaan, produksi ASI-nya dua kali lipat dari yang dibutuhkan anaknya. Rena dapat memroduksi enam sampai delapan botol ASI ukuran 120 mililiter.

Padahal, anaknya hanya membutuhkan tiga sampai empat botol sehari. ‘’Informasi yang saya dapat, ASI kan hanya bertahan 2 x 24 jam dalam suhu normal lemari pendingin (bukan freezer). Jadi sayang kalau harus dibuang,’’ terangnya.

Padahal, ASI dalam tubuhnya harus dikeluarkan rutin. Kalau berhenti rasa sakit mendera. Artinya, pemerahan wajib terus dilakukan.

Rena mengaku stok ASI-nya hingga memenuhi lemari pendingin. Padahal, kalau ditempat biasa hanya bertahan sekitar delapan jam. Rena lantas mencari informasi di internet.

Gayung bersambut, dia menemukan salah satu grup terkait ASI dan mencoba menawarkan ASI miliknya.

Di luar dugaan, beberapa anggota grup langsung merespons. ‘’Awalnya saya kira nggak ada yang mau. Ternyata banyak yang butuh,’’ jelasnya sembari menyebut berani memposting karena ada yang lebih dulu dalam grup.

Setidaknya, sebelas anak lain mendapat ASI dari Rena. Mulai dari Madiun, Magetan, Malang, Surabaya, hingga Jogjakarta. Kegiatan donor ASI-nya sempat berhenti setelah anaknya berusia dua tahun.

Namun, berlanjut saat dirinya memiliki anak kedua 2015 lalu. Kali ini, ada sembilan anak yang menjadi sepersusuan anak keduanya.

Total sebanyak 20 anak. Hanya, sembilan di antaranya yang laki-laki. Sedang, sebelas anak sepersusuannya perempuan.

Donor ASI memang hanya dilakukan saat masa menyusui anak kandung pendonor. ‘’Kandungan ASI itu menyesuaikan usia anak. Jadi kalau tidak seumuran biasanya tidak meminta,’’ ungkapnya.

Beberapa permintaan terpaksa ditolak karena kelewat jauh. Dia khawatir ASI jadi basi. Rena hanya meladeni permintaan daerah yang dapat dijangkau maksimal delapan jam perjalanan.

Padahal, ASI-nya sudah dibekukan. Pengiriman juga dalam termos es. ASI beku dapat bertahan tiga – empat bulan. Namun, dia ogah risiko.

Rena tidak mematok harga. Dia hanya meminta ganti botol ASI sebanyak yang dikirimkan. ‘’Permintaan sebenarnya hingga Jakarta dan kota besar lain. Tetapi terpaksa saya tolak karena jauh,’’ ujarnya.

Rena mengaku ragu awalnya. Khawatir kalau anak sepersusuan tersebut bakal menikah. Sebab, dilarang secara agama Islam.

Makanya, data diri calon penerima wajib lengkap dan sesuai. Selain itu, mudah dihubungi. Data base disimpan aman di rumah Rena.

Namun, dia belum membaginya ke orang tua penerima lain. Rencananya dalam waktu dekat ini.

‘’Saya baru tahu kalau semua yang mendapat ASI saya menjadi saudara sepersusuan dan tidak boleh menikah. Makanya, akan segera saya bagikan daftar nama anak yang juga mendapat air susu saya,’’ ungkapnya.

Rena menyebut tidak mengonsumsi makanan khusus agar ASI-nya lancar. Menu makannya sama seperti hari biasa. Hanya, porsinya lebih banyak. Kuncinya, harus rutin dipompa atau disusukan.

Pemerahan atau penyusuan kepada anak secara tidak langsung merangsang kelenjar penghasil susu bekerja.

Bahkan, muncul istilah power pumping atau dipompa setiap jam. Entah keluar atau tidak. Pemompaan hanya untuk memberikan rangsangan kepada kelenjar ASI agar terus berproduksi.

‘’Harus ada semangat dan komitmen untuk memberikan ASI agar tidak putus di tengah jalan. Suami dan keluarga wajib mendukung,’’ tuturnya sembari menyebut inisiasi menyusui dini (IDM) beberapa menit setelah melahirkan juga berpengaruh.***(irw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siang Hadapi Agresi Belanda, Malam Waspadai Komplotan Perampok


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler