Sudah 261 TKA China Masuk Sultra, Apa Kabar Virus Corona?

Sabtu, 04 Juli 2020 – 20:50 WIB
TKA asal China saat tiba di Bandara Haluoleo Kendari, sebelum mereka diantar ke Morosi Kabupaten Konawe, tempat perusahaan tambang smelter itu. Foto: ANTARA/Azis Senong

jpnn.com, KENDARI - Meski mendapat penolakan dari sejumlah kelompok masyarakat, namun 261 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China, kini berangsur masuk di kawasan pertambangan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Ketua Tamalaki Sultra, Alfian Anas mengungkapkan, sebanyak 105 TKA gelombang kedua, kini sudah menjalani karantina di kawasan pertambangan PT Virtun Dragon Nikel Industry (VDNI) Morosi kabupaten Konawe.

BACA JUGA: Ini Penjelasan Ketua DPRD Sultra Terkait Kedatangan Ratusan TKA China, Masih Gelombang Pertama

Sebelumnya, 156 TKA asal Tirai Bambu itu, juga telah tiba dalam gelombang pertama, sehingga jumlah sementara yang masuk sebanyak 261 orang dari total 500 orang yang direncanakan tiba di Sultra dalam bulan ini.

"Kami dari kelompok masyarakat adat Tamalaki Sulawesi Tenggara, tetap konsekuen menolak kedatangan TKA China Karena pemerintah belum tepat mengeluarkan kebijakan mendatangkan TKA dalam kondisi pendemi COVID-19 saat ini," ungkap Alfian Annas dalam rilis yang diterima di Kendari, Kamis.

BACA JUGA: Kombes Helmi: Di Mana pun Kamu Berada, Asli, Kami Kejar!

Menurut Alfian, masyarakat Sultra, tidak antiterhadap investor untuk kemajuan daerah, namun dalam kondisi saat ini, seharusnya ditunda dulu demi kenyamanan masyarakat.

"Kami saja rakyat Sulawesi Tenggara, khususnya masyarakat Tolaki, Molulo saja hari ini masih dilarang. Masa iya mau didatangkan yang notabene adalah asal muasal virus COVID-19," keluh Alfian.

BACA JUGA: Kronologi Oknum TNI AL Menusuk Serda Saputra Hingga Tewas, Gegara Wanita

Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh, mengapresiasi aksi penolakan kedatangan tenaga kerja asing tersebut, sebagai bentuk keprihatinan masyarakat terhadap hadirnya investasi yang tidak memperhatikan kesejahteraan masyarakat lokal.

"Makanya, waktu itu kami mengirim surat ke Presiden, isinya adalah deregulasi terhadap tambang. Nah, kalau 500 tenaga ahli, maka dalam aturannya, satu tenaga ahli harus didampingi 10 tenaga kerja lokal. Jadi bisa mengurangi pengangguran," ujar Abdurrahman Saleh.

Sementara itu, External Affair Manajer PT. VDNI, Indrayanto mengungkapkan, kedatangan 500 Tenaga kerja asal China itu akan membangun sejumlah tungku di pabrik pemurnian nikel (smelter) di Morosi.

"Jika puluhan tungku tersebut dapat diselesaikan tahun ini, manajemen perusahaan kembali membutuhkan lebih dari 3.000 tenaga kerja lokal," kata Indrayanto.

Saat ini pihak manajemen perusahaan sedang merekrut 950 tenaga kerja lokal, sementara jumlah warga lokal yang sudah bekerja di dalam smelter itu, sudah mencapai 11 ribu orang lebih.

"Jadi 500 TKA China itu adalah tenaga kontraktor yang akan membangun 15 tungku di PT VDNI dan 33 tungku di PT OSS. Setelah pekerjaan selesai, mereka akan kembali ke negaranya. Sedangkan puluhan tungku itu akan membutuhkan ribuan karyawan," tuturnya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler