jpnn.com - GARUT – Sekolah Madrasah Aliyah (MA) perlu segera berbenah, menyesuaikan perkembangan zaman. Pasalnya, sekitar 32 persen lulusan MA tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Bahkan, banyak alumni aliyah yang tidak memiliki keterampilan setelah lulus dan kesulitan saat akan mencari pekerjaan.
BACA JUGA: Presiden Minta Mendikbud Tindaklanjuti Laporan PISA
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, sejumlah MA kini telah memiliki kurikulum keterampilan. Nantinya para siswa memiliki keunggulan seperti siswa SMK dan bisa bersaing saat akan mencari pekerjaan.
Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam Kemenag Prof Nur Kholis Setiawan menuturkan, sejak 1994 Kemenag telah mengembangkan program keahlian di MA.
BACA JUGA: Mendikbud: Saya Manut Saja
Hingga kini sudah ada 234 MA yang telah mengembangkan berbagai program keterampilan mulai dari elektro, tata busana, dan otomotif.
"Salah satunya program keterampilan yang telah dikembangkan di MAN 1 Garut. Para siswa bukan hanya mendapat pelajaran biasa, tapi mereka juga harus memilih satu program keterampilan yang ada di sekolah," ujar Nur Kholis, seperti diberitakan Indopos (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Tok..Tok, Presiden Jokowi Putuskan Ujian Nasional Tetap Diberlakukan
Madrasah keterampilan, kata dia, merupakan percontohan MA yang mengembangkan keunggulan kompetitif di bidang keterampilan atau kejuruan.
Untuk mendukung program ini, Direktorat Pendidikan Madrasah mengalokasikan anggaran dana pengembangan-pengembangan keterampilan di MA tersebut.
Untuk menjawab tantangan zaman di dunia usaha, tutur Nur Kholis, Kemenag juga berencana membuka Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) di enam provinsi antara lain Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara; Bintuhan Kaur, Bengkulu; Rokan Hulu, Riau; Aceh Timur, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD); Samarinda, Kalimantan Timur; dan Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2016 sampai 2018.
Pihaknya pun mendorong revitalisasi sarana dan prasarana pada madrasah keterampilan ini. Kurikulum keterampilan di setiap sekolah pun akan disesuaikan dengan potensi daerah dan dikombinasikan dengan kurikulum pusat.
MAK yang menggunakan anggaran Kemenag ini, lanjutnya, menawarkan program-program pendidikan kejuruan yang sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing. Di Riau, misalnya, MAK yang dibangun di Kabupaten Rokan Hulu adalah di bidang pertanian.
"Pembangunan MAK merupakan bagian dari rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah sekolah kejuruan demi suksesnya program wajib belajar 12 tahun. MAK dipilih setelah diketahui bahwa banyak siswa yang berhenti sekolah setelah lulus dari madrasah tsanawiyah," ucapnya. (nas/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jam Mengajar Kurang dari 24 Jam, Guru Tetap Dapat TPG
Redaktur : Tim Redaksi