jpnn.com - SEMARANG – Sekretaris Jenderal MPR RI Ma’ruf Cahyono berkesempatan menyampaikan beberapa arahan kepada peserta kegiatan Training of Trainers (ToT) dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, di Semarang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Peserta ToT ini berasal dari lingkungan perguruan tinggi swasta dan negeri se-Jawa Tengah.
Dalam arahannya, Ma’ruf Cahyono mengatakan maksud dan tujuan MPR RI melakukan kegiatan sosialisasi adalah untuk mendapatkan masukan, gagasan dan aspirasi dari para peserta. MPR juga akan mengevaluasi kelompok sasaran peserta. Jangan sampai yang dihadirkan dalam ToT tidak seperti yang diharapkan yakni yang bisa menyampaikan secara eksploratif tapi tepat berdasarkan norma.
BACA JUGA: Dicap tak Beradab, Ruhut Sitompul Diseret ke MKD
“Kami sangat berharap bapak dan ibu peserta menjadi penyampai yang baik dan berupaya agar apa yang menjadi materi sampai secara tepat kepada diri sendiri dan kepada masyarakat di lingkungan masing-masing,” katanya.
Ma’ruf Cahyono mengingatkan bahwa praktik ketatanegaraan Indonesia sangat dinamis sekali. Jika MPR mendapat masukan dan gagasan yang baru itu sangat bagus sekali sebab sekali lagi memang dalam praktik tata negara sangat dinamis sekali. Untuk itu, para peserta harus pandai-pandai menyampaikan ini dengan gaya yang dirasa nyaman.
BACA JUGA: Akhir Nasib 2 Anak di Bawah Umur Pembunuh Salim Kancil
“Tapi saya berharap materi-materi ini diupayakan jangan hanya sampai pada tataran mendasar pada aspek kognisi saja tapi juga sampai pada aspek psikomotoris. Itu yang kami mau sebab sudah lama sekali sosialisasi ini berjalan,” imbuhnya.
Untuk diketahui, lanjut Ma’ruf Cahyono, arus besar aspirasi masyarakat saat ini menghendaki adanya penyempurnaan menuju kesempurnaan. Untuk mengakomodir hal tersebut, MPR memerlukan suatu pikiran-pikiran kritis yang muncul dari pihak akademisi.
BACA JUGA: Ketum PPP Tak Mau Duduk di Kabinet
Secara aktif, MPR sangat mengharapkan hasil-hasil pikiran yang ada di kampus-kampus, apalagi pikiran-pikiran itu terformula menjadi pikiran-pikiran yang terstruktur.
Pikiran-pikiran terstruktur tersebut sangat bermanfaat jika para akademisi sang empunya pemikiran mau dan ikhlas berbagi dengan MPR. Sebab, MPR saat ini sedang menghadap hal yang sangat besar yakni yang utama adalah soal amandemen UUD.
Saat ini sudah mengerucut pada Rapat Gabungan Pimpinan dan Pimpinan Badan-badan dan Lembaga MPR RI telah memutuskan tahapan-tahapan menuju perubahan UUD terutama adalah mainstream keinginan untuk memunculkan adanya sistem pembangunan nasional model GBHN.
“Oleh karena itu akan menjadi baik sekali jika karya bapak dan ibu para akademisi tidak hanya menjadi obyek skripsi, tesis dan desertasi, tapi sampaikan juga kepada kami pasti akan menjadi bahan-bahan formal dan menjadi sandingan kajian anggota MPR. Saat ini, momentumnya sangat tepat di 2016 dan di tahun 2017 diharapkan bisa terjadi. Sebab di tahun 2018 fokus sudah terpecah ke pemilihan umum. Posisi momentum saat ini sangat bagus dan kondisi politik stabil,” paparnya.
Draf akademik, lanjut Ma’ruf, akan menjadi draf politik yang akan muncul menjadi draf yuridis harus mengalir dari basisnya kedaulatan rakyat/suara rakyat dan akhirnya bermanfaat untuk rakyat.
Dia mengungkapkan, MPR sudah memiliki sejumlah kompilasi aspirasi masyarakat meskipun dengan bahasa sederhana nanti para perumus yang akan mampu meng-quote itu menjadi bahasa-bahasa konseptual.
“Kami juga minta masukan teknis karena ruang kerja saya adalah kesekjenan, saya berharap masukan, bagaimana agar kinerja kita (semua tugas MPR termasuk kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI) menjadi lebih baik sehingga outputnya, para peserta sosialisasi akan merasakan betul secara riil manfaatnya dan yang lebih utama lagi, masyarakat luas juga merasakan manfaatnya,” tandasnya.(Adv/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bupati Ojang Tuding Istri Orang Punya Peran
Redaktur : Tim Redaksi