jpnn.com, DENPASAR - Seorang narapidana (napi) kasus narkotika di Lapas Kelas II A Kerobokan bernama I Wayan Sudarta, 58, meninggal dunia.
Informasi yang dihimpun Radar Bali, Jumat (22/5), Sudarta meninggal usai sakit batuk sejak seminggu.
BACA JUGA: Duel Sesama Napi Lapas Banceuy Bandung, Satu Tewas
Akibat meninggalnya salah seorang napi di LP Kerobokan itu, membuat warga binaan ketakutan.
Warga binaan takut karena Sudarta meninggal saat wabah Corona.
BACA JUGA: Polisi Ungkap Jaringan Peredaran Ganja yang Dikendalikan Napi, 1 Orang Tewas
"Ya dia mengeluh batuk. Bahkan yang kami nilai dia batuk berdahak sehingga dibawa ke RSUP Sanglah Kamis (21/5) pagi. Kamis siang (lalu) beredar info bahwa dia dinyatakan meninggal dunia di RSUP Sanglah Denpasar setelah sebelumnya mengalami batuk berdarah," kata sumber.
Terkait meninggalnya napi, Kalapas Kerobokan, Yulius Sahruza membenarkan. Sebelum meninggal dunia, Sudarta sempat mengeluh sakit batuk berdahak pada Kamis (21/5) pagi.
BACA JUGA: Perang Antarormas Pecah di Bekasi, 4 Mobil Dibakar, Mencekam!
Lalu rekan korban sempat membawanya ke klinik Lapas. Namun sekitar pukul 09.30 pagi, ia di rujuk dan harus dilarikan ke RSUP Sanglah Denpasar.
Namun selain sakit batuk, masih kata Yulius, Sudarta juga diketahui memiliki riwayat sakit jantung yang cukup lama.
Bahkan, saat dilarikan ke RSUP Sanglah Denpasar, istri dan sanak saudara mendiang juga sudah menunggu.
Namun setelah sempat dirawat, ia dinyatakan meninggal sekitar pukul 13.30.
"Dari hasil pemeriksaan dokter dan keterangan keluarga diketahui bahwa korban memiliki riwayat sakit yang cukup lama. Yang bersangkutan juga sebab dia peminum berat waktu di luar," terangnya.
Korban sendiri merupakan warga binaan yang menjalani masa hukuman selama lima tahun. Dia sudah menjalani hukumannya sekitar dua tahun.
Terkait penyakit yang dialami korban, Yulius menerangkan bahwa korban belum sempat dilakukan uji swab.
Meski demikian, korban diyakini tidak mengidap covid-19. Pasalnya, selama ini kaya Yulius, narapida di Lapas Kerobokan tidak ada kontak langsung dengan masyarakat dari luar.
Untuk penanganan sendiri, dilakukan fogging karena di luar juga ada penyakit demam berdarah.
Foging atau penyemprotan disinfektan di lapas rutin dilakukan untuk upaya antisipasi. “Jenazah sudah diserahkan kepada pihak keluarganya," tutup Yulius. (rb/dre/pra/JPR)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti