jpnn.com, PADANG - Kepala BNPT Suhardi Alius mengatakan, mahasiswa adalah aset bangsa yang sangat berharga sehingga harus dijaga dari ancaman radikalisme dan terorisme.
Dia menambahkan, tenaga pendidik di perguruan tinggi memiliki peran penting agar mahasiswa tidak terpapar radikalisme.
BACA JUGA: Mahasiswa Harus Berperan Aktif Menangkal Radikalisme
“Mahasiswa merupakan ujung tombak bangsa ini dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Suhardi saat memberikan kuliah umum dengan tema Resonansi Kebangsaan dan Bahaya Radikalisme di auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), Kamis (3/5).
Karena itu, sambung Suhardi, dirinya selalu memulai kuliah umum dengan wawasan kebangsaan.
BACA JUGA: Jaga Keutuhan NKRI, Warga Wajib Mematuhi Hukum Negara
"Jika wawasan kebangsaan sudah mulai tergerus, tentu akan sulit saat mengajak semua lapisan masyarakat dalam menolak paham radikal terorisme," ujar Suhardi.
Mantan Sekretaris Utama Lemhanas RI ini menambahkan, Indonesia berdiri karena idealisme dari para pemuda pada masa lampau.
BACA JUGA: Mahasiswa S-1 Bisa Pinjam Rp 50 Juta ke BRI
Untuk itu, sambung Suhardi, wawasan kebangsaan perlu selalu diingatkan dan disampaikan ke seluruh tenaga pendidik dan mahasiswa.
"Identitas diri jangan sampai hilang dari bangsa ini. Jangan pernah melupakan Sumpah Pemuda. Kita merdeka dengan modal idealisme yang kuat dan bermodalkan bambu runcing,” kata alumnus Akpol 1985 itu.
Menurut mantan Kabareskrim Polri itu, generasi saat ini tidak bisa didoktrin mengenai wawasan kebangsaan dengan pola-pola lama.
Karena itu, pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif.
Menurut Suhardi, untuk mendalami wawasan kebangsaan tidak hanya menggunakan akal dan logika, tetapi juga hati.
“Termasuk dalam penanganan terorisme juga perlu mendapatakan sentuhan hati yang lembut dan ikhlas. Seperti sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI yang mempertemukan para mantan narapidana aksi terorisme dengan para penyintas beberapa waktu lalu. Itu kami lakukan dengan hati,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.
Dia menambahkan, kegiatan yang mendapat apresiasi dari kalangan internasional itu bisa terlaksana karena menggunakan pendekatan hati, bukan intervensi.
Sebab, sumber masalah orang-orang yang termakan paham radikal sangat kompleks.
Tidak hanya masalah pendidikan, tetapi juga sosial, agama, dan lain sebagainya.
“Oleh karena itu, penanganannya juga harus melibatkan seluruh kementerian. Apalagi, saat ini BNPT sudah mendapatkan arahan dari Presiden Joko Widodo untuk mengoordinasikan 36 kementerian dan lembaga terkait penanggulangan terorisme,” ujar Suhardi.
Sementara itu, Rektor UNP Ganefri mengatakan, pihaknya memiliki alasan kuat mengundang BNPT.
Salah satunya adalah melihat kerja BNPT dalam menanggulangi terorisme yang sangat inovatif.
Menurut dia, meski terlihat adem, Sumatera Barat belum tentu steril dari virus radikalisme.
"Untuk itu, kami sampaikan terima kasih atas kehadiran kepala BNPT. Sebab, kami sudah lama ingin mengundang untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa UNP," ujar Ganefri. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPO, Mahasiswa Pembunuh Sopir Go-Car Jarang ke Kampus
Redaktur & Reporter : Ragil