jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Sukamta menyerukan agar negara-negara Islam kompak untuk menundukkan Israel yang hingga kini masih menunjukkan dominasinya di Masjid Al Aqsa, Yerusalem.
Ya, meski telah melepas CCTV dan metal detector di Masjid Al Aqsa, Israel masih menghalang-halangi umat Islam berkumpul dan melakukan salat Jumat di sana.
BACA JUGA: Khatib Bilang Israel Telah Menempatkan Bahan Kimia Berbahaya di Masjid Al Aqsa
"Israel ini memang tidak bisa dihadapi secara sporadis dan reaktif saja. Harus ada rasa optimistis bahwa Israel bisa ditundukkan, syaratnya perjuangan harus dilakukan secara menyeluruh, terus-menerus dan kompak," ujar Sukamta di Jakarta, Senin (31/7).
Ketua DPP PKS Bidang Pembinaan dan Pelayanan Luar Negeri ini menegaskan, saat ini merupakan momen paling krusial untuk melakukan revitalasi Organisasi Kerja sama Islam (OKI, sebelumnya bernama Organisasi Konferensi Islam).
Bahkan dia mendorong pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo sendiri perlu turun tangan menggalang negara-negara yang masih bisa diharapkan memberikan komitmen secara kompak untuk penyelesaian masalah ini.
BACA JUGA: Pemerintah RI Terus Dorong Kemerdekaan Palestina
"Langkah-langkah yang diambil perlu lebih strategis lagi. Misalnya Indonesia perlu mengambil inisiatif kepemimpinan di garda terdepan untuk menggalang semua kekuatan menyelesaikan masalah Al Aqsa dan Palestina secara keseluruhan," tutur Sukamta.
Indonesia, kata politikus asal Yogyakarta ini, harus bisa memberi contoh kepada dunia internasional baik melalui forum PBB dan forum OKI agar lebih konkret melawan kezaliman Israel ini secara komprehensif.
BACA JUGA: Usulan Indonesia soal Perlindungan Masjid Al Aqsa jadi Pembicaraan Dunia
"Tindakan boikot Israel seperti dulu pernah dilontarkan oleh Presiden Jokowi juga bisa jadi pertimbangan. Bisa saja pemboikotan secara kompak akan membuat Israel jera dan mau mengikuti keputusan internasional," pungkas Sukamta. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bentrok Lantaran Pembatasan Usia Masuk ke Al Aqsa, Satu Tewas, Lebih dari 50 Terluka
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam