Suku Bunga Fleksibel, Kredit Tumbuh 12 Persen

Minggu, 22 Januari 2017 – 02:29 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Penyaluran kredit secara year on year (yoy) beberapa perbankan di Kalimantan Timur mengalami penurunan hingga delapan persen sepanjang 2016.

Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, penyaluran kredit tahun ini akan meningkat hingga 12 persen.

BACA JUGA: OJK Dorong Perbankan Miliki Digital Branch

Peningkatan tersebut bisa terjadi jika suku bunga perbankan lebih fleksibel.

Pengamat Ekonomi Kaltim Aji Sofyan Effendi mengatakan, hal itu tidak terlepas dari fenomena ekonomi makro secara keseluruhan.

BACA JUGA: OJK Dorong Perbankan Miliki Digital Branch

Sebab, record growth perekonomian Kaltim masih rendah dibandingkan dengan provinsi lain di Kalimantan.

Efek dari melemahnya pertumbuhan ekonomi Kaltim pada akhirnya berdampak kepada aspek perbankan.

BACA JUGA: Total Aset BPD Mencapai Rp 525 Triliun

“Pendapatan masyarakat per kapita menurun. Sehingga masyarakat akan berhati-hati dalam menerima penyaluran kredit. Karena, pendapatan yang menurun mengakibatkan besarnya potensi akan terjadi kredit macet,” ujarnya kepada Kaltim Post Jumat (20/1).

Menurutnya, bila ada penurunan penyaluran kredit yoy pada perbankan, bukan dari sisi supply yang salah.

Namun, permintaan kredit pasti menurun. Menurunnya pemasukan masyarakat akan menurunkan rasa keinginan mengajukan kredit kepada perbankan.

Mulai kredit modal kerja, hingga kredit konsumtif.

“Itulah yang terjadi secara keseluruhan bahwa pendapatan per kapita yang menurun, mengakibatkan daya beli turun, dan kemampuan untuk kredit kepada bank dengan cicilan suku bunga akan menurun,” ujar dosen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas Mulawarman itu.

Aji mengatakan, salah satu indikator membaiknya sebuah pertumbuhan ekonomi bisa melalui injeksi sektor perbankan.

Karena itu, harus ada kebijakan-kebijakan dari sektor perbankan.

Khususnya dari sudut  cost of capital (coc) bisa menjadi lebih rendah.

Dengan begitu, masyarakat tidak terbebani karena suku bunganya tidak terlampau tinggi.

“Ini akan bisa meningkatkan tumbuh kembangnya permintaan kredit. Karena dalam kondisi tidak stabil seperti ini nasabah akan berpikir berulang kali untuk melakukan kredit. Karena suku bunga yang sangat tinggi,” ujarnya ketua Pusat Studi ASEAN Unmul tersebut. (ctr/lhl/k18)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perbankan Perang Likuiditas Dengan Pemerintah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
perbankan  

Terpopuler