Sulit Memulai Usaha di Indonesia

Jumat, 17 April 2020 – 20:12 WIB
Para pencari kerja. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Cyrus Network mengadakan survei yang melibatkan pekerja dan para pencari kerja di sepuluh kota besar di Indonesia.

Salah satu poin yang dibahas yakni mengenai tingkat kesulitan memulai usaha di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara tetangga.

BACA JUGA: Niat Cari Kerja di Jakarta, Malah Kena Tipu Teman Sendiri

Tercatat 69,8 persen responden setuju memulai usaha di Indonesia lebih sulit dilakukan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

"Ada kesadaran baik di pencari kerja ataupun yang sudah bekerja, bahwa Indonesia ini masih belum dilirik dan masih kalah saing dengan negara tetangga kalau soal investasi," kata Guru Besar Statistika IPB Prof. Khairil Anwar Notodiputro, Jumat (17/4).

BACA JUGA: Ruben Onsu dan Ivan Gunawan Pilih Keluar dari Grup WhatsApp

Persepsi terhadap sulitnya memulai usaha ini, angkanya lebih besar di kalangan para pencari kerja dengan persentase mencapai 70 persen.

Sementara, 69,5 persen pekerja menganggap upaya memulai usaha di Indonesia saat ini memang lebih sulit jika dibandingkan dengan negara tetangga lain.

BACA JUGA: Tidak Ada Salahnya Mendukung Omnibus Law Cipta Kerja di Tengah Wabah Corona

"Ini isu yang sejalan bahwa sulitnya memulai usaha akan berkaitan dengan sulitnya investasi masuk. Baik para pekerja ataupun pencari kerja, menyadari hal tersebut," kata Khairil.

Publik juga memiliki persetujuan bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang saat ini sedang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki tujuan mempermudah perizinan berusaha. 

Sebanyak 90,2 persen responden baik dari unsur pekerja ataupun pencari kerja, setuju bahwa RUU Cipta Kerja bertujuan mempermudah perizinan berusaha.

Survei yang dilakukan pada 2-7 Maret 2020 ini diadakan di 10 kota besar Indonesia yakni Medan, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Banjarmasin, dan Makassar dengan melibatkan 400 responden.

Dari tiap kota, diambil 40 responden yang terbagi rata antara pekerja dan pencari kerja.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling purposive sampling dan dikumpulkan melalui wawancara langsung. 

Distribusi sampel meliputi pekerja di perusahaan besar, menengah, dan UMKM. Sementara untuk pencari kerja adalah mereka yang belum pernah bekerja, ataupun pernah bekerja.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler