Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang sedang berkunjung ke Australia mengatakan bahwa Indonesia semakin gencar dengan memperkuat jalur maritim, termasuk dengan mengajak Australia untuk bermitra dalam perdagangan lewat jalur laut.

Sri Sultan Hamengkubuwono X didampingi Duta Besar Nadjib Riphat Kesoema dan Konsul Jenderal Victoria dan Tasmania Dewi Wahab, menghadiri forum yang digelar Australia Indonesia Business Council.

BACA JUGA: Semakin Banyak Pengungsi Etnis Karen Menetap di Pedalaman Australia

Dalam pertemuan tersebut, Sultan mengatakan Indonesia dan Australia sama-sama memiliki tantangan dalam perdagangan global di masa depan.

"Dengan dunia yang semakin mengglobal, penggunaan transportasi laut akan semakin tinggi," kata Sultan dalam pemaparannya.

BACA JUGA: Warganya Dideportasi dari Australia, Perdana Menteri Selandia Baru Kesal

Karenanya, Sultan menjelaskan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan baru dalam perdagangan lewat laut.

"Pemerintah Australia pun sudah benar memiliki kebijakan dengan memiliki pelabuhan di Darwin, Australia Utara, bukan di Victoria atau New South Wales," kata Sultan.

BACA JUGA: Indonesia Akan Impor 200 Ribu Sapi untuk Kuartal IV, Peternak Australia Senang

Tak hanya itu, ia berpendapat pertumbuhan ekonomi di kawasan Atlantik sudah menjadi masa lalu, masa depan justru akan berada di kawasan Asia Pasifik.


Sultan HB X (empat dari kanan) menyaksikan penandatanganan kerjasama DIY dengan Victoria. (Erwin Renaldi) Erwin Renaldi

Dalam pemaparannya yang dihadiri oleh para pelaku bisnis di Australia dan Indonesia, Sultan juga mempertanyakan kesiapan Australia untuk bisa bertahan dalam persaingan global. Menurutnya, salah satu yang bisa dilakukan adalah mengekspor bahan-bahan baku untuk kemudian diolah di Indonesia.

"Misalnya wol yang dikirim dan kemudian diolah menjadi benang di Korea Selatan dan Jepang... mengapa tidak di Indonesia."

Usai memberikan pemaparannya, Sultan bersama Dubes RI menyaksikan penandatangan antara asosiasi perguruan tinggi di Yogyakarta dengan pendidikan vokasi di negara bagian Victoria.


Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X (kanan) dengan Premier Victoria Daniel Andrews. (Foto: ABC/Erwin Renaldi)

Setelah itu, Sultan Hamengkubuwono X melakukan kunjungan ke kantor Menteri Utama (Premier) Victoria, Daniel Andrews di Melbourne.

Dalam kunjungan singkat tersebut, keduanya menandatangani kesepakatan Letter of Intent, untuk melakukan kerjasama tidak mengikat antara Daerah Khusus Yogyakarta dan Negara Bagian Victoria.

"Ini adalah yang pertama kalinya bagi negara bagian Victoria dengan provinsi di Indonesia," ujar Daniel Andrews usai penandatanganan kepada Erwin Renaldi dari ABC.

"Penandatanganan ini menjadi refleksi dari komitmen negara bagian Victoria untuk bekerja sama di bidang budaya, ekonomi, sosial dengan Yogyakarta dan Indonesia," tambahnya.

Sebelumnya hubungan kedua kawasan telah terjalin, diantaranya lewat beasiswa Hammer yang diberikan pemerintah Victoria bagi pelajar asal Australia untuk belajar bahasa dan budaya di Indonesia. Banyak diantara penerima beasiswa tersebut memilih Yogyakarya sebagai tujuan belajar.

"Victoria dan Yogyakarta memiliki banyak persamaan, terutama sama-sama menjadi tujuan budaya dan pendidikan," jelas Daniel.

Sementara di bidang budaya, telah banyak seniman asal Yogyakarta yang berkolaborasi dengan seniman asal Victoria dan memamerkannya di sejumlah acara seni di Melbourne.

"Lewat penandatangan ini akan semakin menperkuat hubungan antar warga dan meningkatkan pemahaman di segala tingkatan."

Bagi Victoria, Indonesia adalah partner ekspor terbesar kesembilan. Sementara jumlah investasi Indonesia di Victoria pun semakin meningkat.

Jumlah turis asal Indonesia yang berkunjung ke Melbourne dan kawasan lainnya di Victoria rata-rata meningkat 7 persen setiap tahunnya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Bongkar Penyelundupan Rokok di Sydney Senilai Rp 54 Miliar

Berita Terkait