jpnn.com, JAKARTA - Danone-AQUA berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Plustik (PT Oriplast) menghadirkan inovasi baru solusi daur ulang plastik non-ekonomis.
Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Sceretary Danone Indonesia menjelaskan, inovasi ini sekaligus mendukung upaya konservasi air berupa Sumur Resapan Bijak Berplastik sistem bongkar pasang (Knock Down).
BACA JUGA: Budi Legowo UNS Aplikasikan Sumur Resapan Komunal di Beberapa Wilayah
Dijelaskan Vera, sumur tersebut berfungsi untuk meresapkan air untuk mengembalikan cadangan air tanah, serta mencegah air melaju kencang ke dataran rendah yang berpotensi menjadi penyebab banjir.
“Sumur resapan Bijak Berplastik terbuat dari plastik non-ekonomis, atau jenis plastik dengan nilai ekonomi rendah (low value) seperti kresek hitam, plastik kemasan berlapis banyak (multilayer), popok (diapers) dan lembar kertas aluminium (alumunium foil),” ujar Vera lewat keterangan tertulis, Sabtu (24/10).
BACA JUGA: Jakarta Timur Butuh Pembuatan 900 Ribu Sumur Resapan untuk Mengatasi Banjir
Vera mengatakan, keberadaan dan pembangunan sumur resapan sangat penting mengingat data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan telah terjadi 748 kejadian banjir di Indonesia sejak Januari hingga September 2020.
Di sisi lain, Indonesia juga sering mengalami kekeringan di musim kemarau yang salah satunya diakibatkan kurangnya infiltrasi air kedalam tanah.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Setuju Zainal Arifin Mengundurkan Diri
Untuk itu dibutuhkan pembangunan sumur resapan baik di daerah, hulu, tengah, maupun hilir, yang dapat menampung debit air disaat musim hujan dan meresapkannya kembali sebagai cadangan air tanah.
Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut adalah belum terkelolanya sampah dengan baik, salah satunya adalah plastik non ekonomis.
Saat ini, lanjut Vera, plastik non ekonomis masih menjadi tantangan bagi pengelolaan sampah di Indonesia, sebab belum memiliki banyak jalur daur ulang sehingga dibiarkan menumpuk, tidak terkelola dengan baik, dan mengakibatkan pencemaran di lingkungan serta menjadi salah satu penyebab banjir.
Vera Galuh mengatakan, sumur resapan Bijak Berplastik ditargetkan mampu meresapkan air sebanyak 16 m3 per hari hujan dan konstruksinya mampu menyerap 150 kg sampah plastik non ekonomis.
"Bentuk knock down merupakan perbaikan dari sumur resapan konvensional supaya mampu meresapkan air lebih banyak dengan konstruksi yang lebih kuat dan tahan lama, serta membuat proses pembuatan dan pemasangannya menjadi lebih praktis sehingga memudahkan proses mobilisasi," jelas Vera.
Lebih lanjut dikatakan, proses pembuatan sumur resapan ini juga sudah dikembangkan sedemikian rupa dan telah diuji secara fisik, mikroplastik, maupun material, melalui laboratorium tersertifikasi.
Ini untuk memastikan seluruh bahan yang digunakan tidak memberikan dampak kepada lingkungan atau pun air yang diresapkan.
Vera berharap, inovasi ini bisa menjadi salah satu pilihan solusi dan menjawab beberapa tantangan sekaligus yaitu isu pengelolaan plastik non ekonomis dan upaya menampung cadangan air tanah serta mengurangi resiko banjir.
"Sebagai bagian dari gerakan #BijakBerplastik yang telah kami inisiasi sejak 2018, kali ini Danone-AQUA mendorong terwujudnya kolaborasi IPB dan PT Oriplast untuk menghadirkan inovasi baru sumur resapan Bijak Berplastik sebagai salah satu solusi untuk menjawab tantangan dari isu daur ulang plastik non ekonomis sekaligus upaya konservasi air," ujar Vera.
Sementara itu Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, SP, MSi mengatakan sumur resapan Bijak Berplastik merupakan produk inovatif yang perlu diketahui oleh semua pihak.
Bentuk-bentuk kolaborasi lintas sektor untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang bisa menyelesaikan dua masalah sekaligus, yaitu sampah kemasan plastik non ekonomis dan juga mengurangi banjir ini perlu terus didorong.
"Pemerintah pusat maupun daerah perlu mengetahui dan mengaplikasikan secara luas di kawasan pemukiman masyarakat maupun daerah hulu sungai. Diharapkan, inovasi ini mengurangi risiko banjir yang selama ini selalu menjadi ancaman di saat musim hujan tiba," tutur Arif Satria. (esy/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad