Sungkan Mau Merokok, Lebih Banyak Ngobrol dan Minum Kopi

Kamis, 08 Januari 2015 – 06:16 WIB
Evakuasi jenazah korban AirAsia QZ8501. Foto: Kalteng Pos/JPNN

RATUSAN relawan dari berbagai organisasi turut serta membantu proses evakuasi jenazah korban pesawat AirAsia. Ada dua posko vital yang dijadikan tempat hilir mudik jenazah, yakni Base Ops Lanud Iskandar Pangkalan Bun dan posko di Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Apa saja kegiatan relawan dan wartawan ketika menunggu kedatangan jenazah?
----------
SYAMSUDIN, Pangkalan Bun
----------
SEJAK ditemukannya jenazah korban kecelakaan pesawat AirAsia di perairan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Pangkalan Bun mendadak ramai.

Beberapa titik yang paling ramai adalah di posko utama Base Ops Lanud Iskandar Pangkalan Bun dan Posko Tim Disaster and Victim Identification (DVI) Polda Kalteng di Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.

BACA JUGA: Memasak di Dapur Oke, Kemudikan Kapal Bisa

Selain dua posko itu, juga ada posko yang terletak di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, meski tidak seramai di dua posko tersebut. Di hari ke-11 proses pencarian korban pesawat AirAsia, relawan mulai sulit mendeteksi keberadaan jenazah mengingat kondisi mayat juga semakin tidak baik.

Alhasil, beberapa hari belakangan aktivitas di posko Base Ops Lanud Iskadar dan posko Tim DVI juga tidak sepadat beberapa hari lalu. Dari pantauan Radar Sampit, para relawan nampak lebih rileks jika dibadingkan sebelumnya.

BACA JUGA: Benturan Ombak Bikin Panik, Hangatkan Badan dekat Mesin Kapal

Pono, salah seorang anggota TNI mengatakan, ia bersama rekannya memilih santai di tenda sambil ngobrol dengan rekan-rekannya sambil menyeruput kopi yang telah disediakan. “Saat tidak ada jenazah datang, kita santai sambil ngobrol minum kopi. Sebenarnya enak sambil merokok, tetapi sungkan karena di rumah sakit dilarang merokok,” jelasnya.

Relawan lainnya dari Pemuda Pancasila, Budi, juga mengatakan hal sama. Saat mulutnya mulai masam ingin menghisap rokok, ia harus keluar dari area rumah sakit.

BACA JUGA: Cerita Romeo dan Julia di Pemakaman Ibunda Bupati Tana Toraja

“Malu mau merokok di kawasan rumah Sakit, kalau lagi pengen merokok, ya keluar dari area. Lagipula tidak terlalu jauh keluar,” jelasnya.

Tak heran para relawan ini merasa sungkan ketika ingin merokok karena hampir di setiap sudut dan setiap tempat rumah sakit ada tulisan dilarang merokok.

Sejumlah awak media yang memadati rumah sakit juga harus menahan diri untuk tidak merokok sembarangan sembari menunggu momen penting dalam proses evakuasi jenazah.

Seperti disampaikan wartawan Metro TV, Santoso, kalau ingin merokok terpaksa harus keluar area rumah sakit. “Sebenarnya ngobrol terus minum kopi paling cocok jika dibarengi dengan menghisap rokok,” celetuknya.

Meski demikian, ada saja wartawan yang tanpa sadar merokok dalam kawasan rumah sakit, tetapi ia kemudian mematikan rokok yang dihisapnya ketika menyadari telah melanggar.

Direktur Rumah Sakit Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Suyuti Syamsul juga bersikap bijak. Meskipun ia tidak menegaskan membolehkan merokok di rumah sakit pada momen evakuasi jenazah korban pesawat, ia memaklumi tingkat stress yang dialami semua pihak, termasuk awak media ketika menjalankan tugas.

Pemandangan tidak jauh berbeda juga terlihat di posko Base Ops Lanud Iskandar Pangkalan Bun. Ketika tidak ada jenazah atau tidak ada serpihan yang berkaitan dengan pesawat AirAsia datang melalui helikopter, para relawan dan petugas memilih istirahat dan duduk santai sambil menikmati kopi dan makanan ringan yang disediakan perusahaan dan masyarakat Kobar.

Di Base Ops Lanud Iskandar ini sebenarnya juga dilarang merokok pada hari-hari normal. Akan tetapi, sejak dijadikan posko utama, tidak sedikit relawan atau petugas yang terpaksa harus menyulut rokok untuk melepas lelah dan menghilangkan stres.

“Paling kalau mau merokok agar ke pinggir atau ke pojok menjauh dari lokasi,” kata salah seorang relawan.

Untuk di Posko utama ini, persediaan logistik terbilang cukup dibandingkan di posko lainnya. Makanan ringan seperti pop mie, misalnya, selalu tersedia kapan pun ketika ada yang membutuhkan. Selain itu, pada jam-jam makan siang, makanan nasi kotak atau nasi bungkus disediakan untuk yang bertugas di posko utama ini.

Para wartawan dari berbagai media dan relawan bersatu padu membantu proses evakuasi meskipun memiliki tugas yang berbeda di lapangan. (***/ign)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Yusniar Pilih Jadi Penyelam agar Bisa Tolong Korban


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler