Surat Dakwaan Wawan Sebut Rano Karno Kecipratan Duit Korupsi Alkes Banten

Kamis, 31 Oktober 2019 – 19:15 WIB
Gubernur Banten Rano Karno saat mengikuti sekolah calon kepala daerah angkatan ke-2 di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Selasa (6/9). Foto: Ricardo/JPNN.com Ilustrasi :

jpnn.com, JAKARTA - Jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK) membeber aliran uang terkait kasus korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) di Provinsi Banten tahun 2012 yang menyeret TB Chaeri Wardana alias Wawan. Dalam surat dakwaan untuk Wawan terungkap bahwa salah satu pihak yang kecipratan uang adalah Rano Karno.

JPU KPK Budi Nugraha mengungkapkan, Rano saat menjabat sebagai gubernur Banten menerima uang Rp 700 juta dari Direktur PT Java Medika Yuni Astuti. Menurut JPU, Yuni merupakan salah satu rekanan yang mengerjakan proyek alkes di Provinsi Banten.

BACA JUGA: Diduga Ngamar bareng Wawan, FYN Nonaktifkan Akun Instagram

Yuni diduga ikut kongkalingkong dalam proses pengerjaan proyek tersebut. “Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, yaitu telah memperkaya Rano Karno sebesar Rp 700 juta," kata JPU Budi Nugraha di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat, Kamis (31/10).

JPU memerinci, Yuno memperoleh Rp 61,2 miliar dari proyek itu. Dari jumlah itu yang digunakan untuk pembelian alkes sebesar Rp 30,4 miliar.

BACA JUGA: Ya Ampun, Ratu Atut Paksa Pejabat Banten Setor Duit

Sementara sisanya diberikan kepada sejumlah pihak atas perintah Wawan. Salah satu pihak yang disebut turut menerima uang panas terkait proyek tersebut yakni Rano Karno.‎

"Sesuai arahan terdakwa (Wawan, red), bagian Yuni Astuti tersebut juga dipergunakan untuk diberikan kepada beberapa pihak, antara lain Djadja Buddy, Ajat Drajat, Ahmad Putra, Rano Karno," kata jaksa.

BACA JUGA: Kubu Atut Yakin Rano Karno Bakal jadi Tersangka

Namun, Rano membantah tuduhan itu. Anggota DPR dari PDI Perjuangan itu mengatakan, ada kekeliruan dalam kesaksian mantan Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Banten Djaja Buddy Suhardja soal aliran uang itu.

"Jumlah ini berbeda jauh dari tuduhan sebelumnya yang menyebut saya menerima aliran dana dari kasus ini sebesar Rp 300 juta. Saya mempertanyakan inkonsistensi tuduhan yang disampaikan Saudara Djadja atas diri saya," kata Rano saat dikonfirmasi di luar persidangan.

Selain Rano, pihak lain yang menikmati keuntungan dari kongkalikong itu adalah mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Kakak kandung Wawan itu disebut menerima uang sekitar ‎Rp 3,859 miliar dari proyek tersebut.

Jaksa mendakwa Wawan melakukan korupsi proyek itu bersama-sama Atut. Saat ini Atut telah divonis bersalah dan menjalani hukuman.

Dalam vonis Atut juga disebutkan adanya pemberian uang kepada Rano. Sementara dalam dakwaan terhadap Wawan dibeberkan sejumlah pihak yang turut diuntungkan terkait proyek alkes di Banten.‎

Wawan memperoleh Rp 50 miliar, adapun Ratu Atut mengantongi Rp 3,859 miliar. Selanjutnya ada pemilik PT Java Medica Yuni Astuti yang memperoleh Rp 23,3 miliar, mantan Kadis Kesehatan Pemprov Banten Djaja Buddy Suhardja (Rp 240 juta), Ajat Drajat Ahmad Putra (Rp 295 juta), Rano Karno ( Rp 700 juta) dan Jana Sunawati (Rp 134 juta).

Nama lainnya yang kecipratan uang itu adalah Yogi Adi Prabowo sebesar Rp 76,5 juta, Tatan Supardi (Rp 63 juta), Abdul Rohman (Rp 60 juta), Ferga Andriyana (Rp 50 juta), Eki Jaki Nuriman (Rp 20 juta), Suherman (Rp 15,5 juta), Aris Budiman (Rp 1,5 juta) dan Sobran (Rp 1 juta).

Surat dakwaan terhadap Wawan juga mencantumkan uang total Rp 1.659.500.000 untuk fasilitas liburan ke Beijing berikut uang sakunya bagi pejabat Dinkes Provinsi Banten, tim survei, panitia pengadaan dan panitia pemeriksa hasil pekerjaan.(tan/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler