Surat Pertama dari Putri Diana, Surat Terakhir dari Nelson Mandela

Jumat, 18 Juli 2014 – 08:01 WIB
SURAT BERHARGA: Christie Sutanto menunjukkan surat balasan dari Putri Diana. Foto: Ahmad Baidhowi/Jawa Pos

DI dunia, mungkin banyak kolektor filateli atau benda-benda pos bertema tokoh-tokoh dunia. Tapi, yang seperti Christie Suharto mungkin langka. Koleksinya langsung berasal dari tokoh-tokoh dunia yang menjadi ’’sahabat pena’’- nya.
-------------
Laporan Ahmad Baidhowi, Jakarta
-------------

BUTUH usaha ekstrakeras bagi Christie Suharto untuk menuju ruangan di lantai 2 rumahnya. Dengan tertatih, perempuan berusia 45 tahun itu berupaya menapaki satu demi satu anak tangga berlapis karpet biru.

BACA JUGA: Kisah 13 Pembaca Alquran Rutan Kelas I Surabaya

Sesekali dia menggunakan tangan kiri untuk membantu mengangkat kaki kanannya, sedangkan tangan kanannya bertumpu pada kayu pembatas tangga.

Sampai di lantai 2, Christie berhenti sejenak, menarik napas panjang, seolah menghimpun tenaga. Rasa letih tergambar jelas di wajahnya yang memerah. Namun, itu tidak berlangsung lama. Dalam hitungan detik, dia berjalan perlahan menghampiri belasan tumpukan bendel warna-warni, lalu duduk di sofa pink. Wajahnya kini tampak semringah.

BACA JUGA: Ubah Naskah Drama Radio Jadi Novel Best Seller

Dengan agak susah payah, dia menarik bendel tebal hijau dengan tangan kirinya. Beberapa kali dia membolak-balik halaman hingga akhirnya menemukan yang dicari: surat bertanggal 3 Februari 1982 dengan kop resmi Buckhingham Palace dan foto Putri Diana yang tampak memesona dengan mahkotanya.

’’Ini balasan surat yang saya tulis untuk Putri Diana,’’ ujar Christie dengan senyum lebar di wajahnya saat ditemui Jawa Pos di rumahnya yang asri di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (19/7).

BACA JUGA: Kisah dr Irina Amongpradja: Dari Dokter Kini Ajari Anak-anak Pemulung

Meski hanya ditulis asisten Putri Diana, surat balasan tersebut begitu bermakna bagi Christie. Surat itulah yang memotivasi dirinya untuk menulis surat kepada ratusan tokoh dunia lainnya. Ketika berusia 12 tahun, saat teman-temannya di bangku SD masih asyik bermain-main, Christie kecil sudah gemar menulis surat untuk tokoh-tokoh dunia.

Dia bercerita, semua surat itu ditulis dengan tangan, bukan mesin ketik. Tangan kanannya itu kini sulit digerakkan karena serangan stroke pada 8 Januari 2010 saat Christie berada di San Francisco, Amerika Serikat. Bahkan, separo tubuh bagian kanannya sempat lumpuh.

’’Saya menulis surat-surat itu di lembaran buku tulis. Jadi, kalau ada salah tulis, ya langsung saya coret karena waktu itu tidak kenal tipe-ex. Kalau soal grammar (kosakata bahasa Inggris, Red), sudah pasti masih belepotan. Namanya juga anak SD,’’ katanya lantas tertawa. Ucapannya kadang terpotong karena pengaruh stroke-nya.

Kegemaran Christie menulis surat berawal dari hobinya membaca majalah anak-anak Bobo maupun majalah-majalah asal luar negeri yang dibawakan ayahnya, Suharto Prodjowijono, yang waktu itu sering bepergian ke luar negeri. Dari situlah dia mengenal tokoh-tokoh dunia, mulai kepala negara, aktor/aktris, hingga penyanyi top dunia.

Bermodal selembar kertas, amplop, dan prangko senilai Rp 150, perempuan kelahiran Jakarta, 13 Juni 1969, tersebut dengan percaya diri mengirim surat-suratnya melalui Kantor Pos Mampang, Jakarta Selatan. Untuk surat kepada kepala negara atau kepala pemerintahan, Christie biasanya hanya menuliskan alamat kota dan negara. Umumnya sampai di tujuan. Buktinya, suratnya sering dibalas.

Apa isi surat-surat tersebut? Christie mengungkapkan, sebagaimana layaknya anak kecil, biasanya dirinya memperkenalkan nama dan asalnya dari Indonesia. Dia juga menanyakan hobi tokoh yang disurati dan meminta fotonya.

’’Misalnya, untuk Putri Diana. Waktu itu saya tulis, ’Hai Putri Diana yang cantik, aku Christie dari Indonesia. Aku suka berenang. Apa kamu juga suka berenang?’ Kira-kira seperti itu,’’ ucapnya lantas tertawa.

Dengan kepolosan khas anak kecil, Christie menyurati hampir semua tokoh dunia pada era 1980-an yang dikenalnya melalui berbagai majalah. Tentu, tidak semua suratnya berbalas.

Dari ratusan surat yang dikirim, ’’hanya’’ 88 surat balasan dari tokoh dunia yang dia dapat. Mulai raja dan ratu dari Eropa; kepala negara/pemerintahan di Eropa, AS, dan Asia; hingga aktor/aktris kondang. ’’Semua saya anggap seperti sahabat pena,’’ ujarnya.

Dari Kerajaan Inggris, Christie menerima balasan dari tujuh anggota kerajaan. Selain Putri Diana (Princess of Wales), dia mendapat balasan dari Ratu Elizabeth II, pemegang mahkota Kerajaan Inggris sejak 1952 yang juga ibunda Pangeran Charles. Lalu, surat dari Pangeran Philips, Pangeran Albert, Pangeran Edward, Putri Margareth, dan Prince of York.

Dari Kerajaan Belanda, Christie menerima dua kali surat balasan Ratu Beatrix, lalu dari Pangeran Benhard dan Putri Margarette. Dia juga menerima surat balasan dari penguasa Eropa lainnya seperti Ratu Fabiola dari Belgia, Ratu Silvia dan Raja Guztav dari Swedia, Ratu Margarethe dari Denmark, Pangeran Franz Joseph II dari Lichtenstein, serta Duke and Duchess dari Luksemburg.

Semua surat balasan itu ditulis dalam kertas berkop resmi kerajaan dan disertai foto. Bahkan, beberapa di antaranya dibubuhi tanda tangan asli. Koleksi sebanyak itu termasuk langka di dunia. Karena itu, awal Juli 2014, Christie sempat diajak ikut pameran bertajuk filateli Kings and Queens of Europe di Amsterdam, Belanda.

Dari AS, Christie mendapat surat balasan dari Ronald Reagan, presiden AS periode 1981–1989. Pada 25 September 1986, mantan aktor kondang yang lantas terjun ke kancah politik itu mengirimkan foto beserta tanda tangannya. Balasan surat dari The White House (Gedung Putih) juga dia dapat dari George W. Bush Sr, presiden AS 1989–1993, lengkap dengan foto dan tanda tangan.

Dari Eropa, Christie juga menerima beberapa pucuk surat balasan. Misalnya, dari Margaret Thatcher, perdana menteri Inggris 1979–1990. Pada 18 Februari 1982, tokoh Eropa yang dikenal dengan sebutan Iron Lady atau Perempuan Besi itu mengirimkan dua foto beserta tanda tangan asli dari kantornya, Downing Street 10.

Ada pula surat dari Francois Mitterand, presiden Prancis 1981–1995. Pada Januari 1983, pemegang rekor presiden terlama dalam sejarah Prancis (14 tahun) itu mengirimkan surat balasan disertai foto dan tanda tangan. Kemudian, ada surat balasan dari Vatikan pada 19 April 1982 yang mengirimkan foto Paus Yohanes Paulus II.

Dari Asia, Christie menerima cukup banyak surat balasan dari pemimpin-pemimpin terkenal yang mengguratkan lembar sejarah politik regional Asia. Misalnya, dua penguasa India dari trah Gandhi yang sama-sama terbunuh dalam pergulatan politik, yakni Indira Gandhi (perdana menteri periode 1966–1977 yang disambung dengan periode 1980 hingga akhirnya terbunuh pada 31 Oktober 1984) serta Rajiv Gandhi (anak Indira Gandi) yang menjadi perdana menteri India termuda pada usia 40 tahun pada 1989. Ibu dan anak itu menyertakan foto serta tanda tangan asli.

Christie juga menerima surat dari Ferdinand Marcos, presiden Filipina periode 30 Desember 1965–25 Februari 1986. Diktator yang juga suami Imelda Marcos tersebut mengirim foto dan tanda tangan asli pada 27 Mei 1983.

Yang menarik, dia juga menerima surat dari Corazon Aquino, presiden Filipina periode 1986–1992. Corazon merupakan istri tokoh oposisi populer Benigno Aquino yang terbunuh di Bandara Manila, 21 Agustus 1983. Corazon itulah yang kemudian sangat berperan dalam penggulingan rezim Ferdinand Marcos.

Dari kalangan pesohor, Christie menerima surat dari Julie Andrews, penyanyi dan aktris asal Inggris yang terkenal pada era 1960-an. Dia juga menerima surat beserta foto dan tanda tangan asli dari Rick Rosner, Erik Estrada, dan Larry Wilcox, penulis serta pemeran serial televisi CHIPS yang populer di AS pada 1977–1983.

Ada pula surat dari Roger Moore, pemeran James Bond dalam tujuh film periode 1973–1985. Aktor asal Inggris itu menyertakan fotonya saat berperan sebagai James Bond plus tanda tangan asli.

’’Waktu itu Roger Moore kan booming banget. Jadi, bangga sekali saat menerima suratnya,’’ ungkapnya dengan wajah berbinar.

Christie menceritakan pengalaman unik selama menggeluti hobi filateli itu. Pada 2011 dia kaget saat menerima surat dari kantor kepresidenan Afrika Selatan. Rupanya, surat tersebut merupakan balasan atas surat yang ditulisnya untuk Nelson Mandela, presiden Afsel periode 1994–1999.

’’Saya sendiri lupa tahun berapa menulis surat untuk Mandela. Mungkin sekitar pertengahan 1990. Itulah surat dari tokoh dunia terakhir yang saya terima,’’ ucapnya.

Nilai historis membuat surat-surat para tokoh dunia itu menjadi buruan kolektor. Christie bercerita, awal 1990-an, ada seorang kolektor asal Makassar yang menawar surat dari Ferdinand Marcos dan Indira Gandhi seharga Rp 20 juta, nilai yang luar biasa besar ketika itu. Tawaran lain juga sering berdatangan.

’’Di balai lelang Christie Singapura, valuasi untuk surat dari anggota kerajaan Eropa bisa lebih dari Rp 500 juta. Apalagi untuk surat Putri Diana, nilainya bisa jauh lebih tinggi. Tapi, saya tidak berpikir untuk menjualnya,’’ tuturnya.

Selain tokoh-tokoh dunia, Christie tentu saja juga melayangkan surat untuk tokoh-tokoh Indonesia. Dia tidak ingat persis jumlah surat yang ditulisnya. Namun, setidaknya ada tiga yang berbalas plus foto dan tanda tangan. Yakni, dari Adam Malik (wakil presiden RI 1978–1983), Anton Soedjarwo (Kapolri 1982–1986), dan Nani Soedarsono (menteri sosial 1983–1988).

Apakah dia juga menulis surat untuk Presiden Soeharto? ’’Iya dong, saya nulis surat ke Pak Harto sampai 7 atau 8 kali, tapi tidak pernah dibalas,’’ ucapnya lantas tertawa.

Christie menyebutkan, selain dengan tokoh-tokoh besar, dirinya memiliki ribuan sahabat pena yang tersebar di seluruh dunia. ’’Ada sekitar 13 kardus surat-suratnya. Semua disimpan rapi oleh ibu saya,’’ ujar pelopor aliran filateli kreatif tersebut.

Christie yang kini sudah kembali bekerja sebagai arsitek dan sering tampil sebagai motivator untuk penderita stroke itu mengakui surat-surat tersebut begitu bermakna bagi dirinya.

Ketika jiwa dan raganya luruh saat terserang stroke, lembar-lembar surat itu menjadi salah satu energi positif yang memacu semangat untuk tetap mengarungi hidup sebagai single parent bagi dua anaknya.

’’Saat masa pemulihan, saya membongkar kotak surat-surat itu, menatanya, memasukkannya dalam sampul-sampul plastik, lalu mencari referensi di internet untuk melengkapi datanya. Semua saya lakukan dengan satu tangan ini saja. Saya tidak mau menyerah dan saya buktikan saya tetap bisa berkarya,’’ ucapnya sambil mengepalkan tangan kirinya. Wajahnya memancarkan aura seorang pemenang. (*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terinspirasi Anak Kandung yang Jualan di Sekolah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler