Terinspirasi Anak Kandung yang Jualan di Sekolah

Senin, 14 Juli 2014 – 07:42 WIB
SUDAH TERWUJUD: Syarif Thayib bersama anak-anak yatim yang tinggal di Kidspreneur Center. Foto: Dinda Lisna Amilia/Jawa Pos

jpnn.com - DARI luar, tidak ada tanda-tanda bahwa gedung di Bratang Binangun tersebut adalah rumah yatim piatu. Warna catnya terang berwarna-warni. Hijau dan oranye yang membuat mata segar.

Pagarnya terbuat dari kayu yang semakin ke atas semakin runcing seperti pensil. Papan depan bertulisan Kidspreneur Center.

BACA JUGA: Produknya Tembus Pentagon dan Gedung Putih

Beberapa orang mungkin menganggap gedung tersebut adalah tempat pelatihan. Namun, gedung bertingkat dua itu adalah rumah yatim piatu besutan Yayasan Al Madinah. Pendirinya adalah Syarif Thayib.

Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut mendirikan Kidspreneur Center pada 2011. Sebenarnya, awalnya cita-cita laki-laki 44 tahun itu adalah mendirikan panti asuhan yang konsepnya berbeda.

BACA JUGA: Enam Bulan Sekali Ganti Sepatu

’’Pokoknya panti asuhan, untuk konsep saat itu saya masih pikirkan kiranya seperti apa,’’ ujar suami Robiyatul Adawiyah tersebut.

Syarif mengajukan akta notaris pendirian panti asuhan pada 2005. Untung, pada tahun yang sama dia mendapatkan inspirasi entrepreneurship. Ceritanya, saat itu salah seorang anaknya yang bersekolah di SD Al Hikmah Surabaya curhat ke Syarif soal kegiatan dagangnya di sekolah.

BACA JUGA: Kalah-Menang Konvoi Motor Keliling Kota

’’Dia diajari jualan oleh sekolahnya lewat materi business day. Jualan apa pun. Dalam satu semester, anak saya mengumpulkan Rp 2 juta, saya surprised sekali,’’ ujarnya lantas tersenyum.

Sejak itu pula, Syarif menemukan banyak kemajuan pada anaknya. Misalnya, pemahaman anaknya terhadap angka-angka jadi semakin bagus, saat berbicara di depan umum pun terlihat semakin percaya diri.

Syarif percaya, hal itu terjadi sejak anaknya belajar entrepreneurship (kewirausahaan). Syarif langsung mempunyai ide untuk menerapkan konsep entrepreneur pada anak yatim. Dia lantas mempersiapkan konsep serupa untuk rumah yatim piatunya.

Dia mulai membangun gedung untuk rumah yatim piatu. Dananya dibantu pemerintah dan corporate social responsibility (CSR) perusahaan besar.

Pada 2011 pembangunan gedung panti asuhannya rampung. Syarif langsung memberi nama Kidspreneur Center. Awalnya, hanya tiga anak yatim piatu yang mengisi Kidspreneur.

Ketika itu juga, dia masih menjalankan konsep entrepreneurship anak yatim secara acak. Misalnya, anak-anak tidak diberi uang untuk jajan di sekolah. Melainkan diberi beberapa bungkus keripik. Nah, mereka diberi kebebasan untuk menjual keripik tersebut ataupun mengonsumsinya sendiri.

Syaratnya, mereka tidak boleh mengaku sebagai anak yatim. Sebab, dengan mengaku sebagai anak yatim, bakal banyak orang yang kasihan dan membeli produk mereka. Kondisi itu tidak berlangsung lama karena Syarif terus memutar otak bagaimana caranya dirinya mengembangkan konsep kewirausahaan.

Pada pertengahan 2011, Syarif menghadiri sebuah acara seminar yang dihelat Universitas Ciputra (UC). Setelah forum, dia memberanikan diri bertemu dengan Rektor UC Tony Antonio. Di situ, Syarif menjelaskan soal program Kidspreneur miliknya. Harapannya, UC mau memberikan bimbingan mengenai entrepreneur.

’’Saya bonek saja, tapi syukurnya mereka malah mau memberikan pelatihan pada kami,’’ ujar ayah Ardelia Nihlah Illahi, Alissa Dzihni Al-Fatihah, Muhammad Tommy, Muhammad Adlan Syarif, dan Muhammad tersebut.

Awalnya, UC meneken kerja sama dua tahun dengan Kidspreneur Center. Pada pertengahan 2011, mereka menggagas program pelatihan kewirausahaan untuk anak-anak yatim se-Surabaya.

Dia ingin semua anak yatim belajar entrepreneurship. Jadi, setiap panti asuhan mengirim dua wakil untuk ikut program tersebut. Selain diberi pelatihan, mereka dikucuri modal supaya bisa berlatih berdagang.

Dalam waktu dekat, Syarif ingin membuat modul pelatihan kewirausahaan untuk anak yatim. Lalu mendistribusikannya kepada banyak panti asuhan. Karena sesuai niat awalnya, dia ingin semua anak yatim punya kesempatan belajar berwirausaha. Meski, Syarif juga tahu tidak semua anak yatim mau belajar kewirausahaan.

Buktinya, ada beberapa anak yatim di tempatnya yang memilih pulang ke rumah karena tidak tahan dengan kedisiplinan dalam hal entrepreneurship maupun disiplin sehari-hari yang diterapkannya. ’’Ada anak yatim yang mentalnya telanjur lemah, tidak fight saat berjuang sendiri,’’ ucapnya.

Karena itu, Syarif ingin semua anak didiknya punya mental kuat, tidak bergantung pada bantuan orang lain. Salah satu kebijakan yang dibuatnya, dia tidak menerima donatur yang mengundang anak-anak keluar. Bila donatur memang ingin menyumbang, Syarif menegaskan supaya mereka datang dan mengadakan acara di Kidspreneur Center.

Cercaan sombong dan sebagainya sudah diterimanya berulang-ulang. Namun, Syarif tetap pada pendiriannya. Bukannya menolak rezeki, namun anak yatim punya segudang aktivitas di tempatnya. Bila harus menghadiri undangan di berbagai tempat, anak-anak pasti harus berangkat lebih siang, belum lagi molornya acara, dan lainnya.

Waktu tersebut lebih bermanfaat ketika digunakan untuk mengaji. Apalagi pada musim Ramadan seperti sekarang, Syarif bisa menerima beberapa undangan dalam sehari.

’’Tapi, dengan aturan seperti ini, banyak juga yang mau menerima dengan datang langsung untuk mengadakan acara di sini,’’ kata laki-laki kelahiran Cirebon, 16 November 1970, tersebut.

Selain itu, Syarif yakin mental fight anak-anaknya lebih terasah. Bagaimana dengan dirinya, apakah juga berwirausaha? Sebelum mendirikan panti asuhan Kidspreneur Center, Syarif membuat kerajaan bisnisnya di bidang jasa. Yaitu, training pengembangan spiritual, emotional, and freedom technique.

Menurut dia, berwirausaha adalah teladan dari Nabi Muhammad yang sering dilupakan banyak orang. Bahkan, salah satu hadis menyebut, bagi seseorang yang berwirausaha, rezekinya akan dibuka 90 persen. (Dinda Lisna Amilia/c7/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Tiga Kali Telepon Hanya Minta Doa Restu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler