jpnn.com, JAKARTA - Meski belum ada kepastian pilkada DKI Jakarta bakal digelar tahun depan, aroma persaingan sudah tercium sangat tajam.
Media massa memosisikan Gubernur Anies Baswedan dan Menteri Sosial Tri Rismaharini sebagai rival, seakan-akan KPU DKI telah menetapkan mereka sebagai calon.
BACA JUGA: Pemprov DKI Akan Lepas Saham Perusahaan Bir, F-PAN: Anies Harus Tegas Seperti Jokowi
Rupanya, sebagian besar masyarakat juga meyakini keduanya bakal bertarung memperebutkan kursi DKI 1.
Temuan survei yang dilakukan oleh Nusantara Strategic Network (NSN) menunjukkan persaingan ketat Risma dan Anies.
BACA JUGA: Saran Ramses Buat Anies agar Tak Tergerus Bu Risma
Secara mengejutkan, meski baru beberapa bulan di ibu kota, Risma sudah mengungguli Anies dengan selisih elektabilitas sebesar 2,2 persen.
“Dua calon gubernur DKI Jakarta bersaing ketat, di mana Risma pada posisi teratas, sedangkan Anies sebagai incumbent lemah,” kata Direktur Program NSN Riandi di Jakarta, Kamis (4/3).
BACA JUGA: Anies Bukan Pemimpin yang Reaktif, Cuma Rasa Waswas Melihat Risma Sepertinya Ada
Elektabilitas Risma mencapai 34,0 persen, sementara Anies tertinggal yakni sebesar 32,8 persen.
Popularitas Risma sudah sangat melekat di kalangan publik ketika memimpin kota Surabaya. Sementara itu Anies berhasil merebut posisi gubernur DKI Jakarta pada Pilkada tahun 2017 yang sangat keras dan membelah masyarakat hingga ke tingkat nasional.
Sayangnya, kinerja Anies setelah lebih dari setengah periode menjabat dipertanyakan banyak pihak. Mulai dari masalah banjir, kisruh soal anggaran (APBD DKI), hingga persoalan klasik seperti soal kemacetan dan polusi.
“Hadirnya Risma di Jakarta memberi angin segar bagi warga Jakarta, menjadi figur alternatif yang diharapkan dapat memperbaiki ibukota sebagaimana yang telah dilakukan Risma di Surabaya,” tandas Riandi.
Dua figur tersebut jauh mengungguli nama-nama yang lain. Sisa-sisa Pilkada DKI Jakarta 2017 masih terasa, di mana Sandiaga Uno yang saat itu berpasangan dengan Anies dan sempat maju cawapres pada Pilpres 2019 kini meraih elektabilitas 4,8 persen.
Demikian pula dengan ketua umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang maju pada putaran pertama Pilkada DKI 2017. Digadang-gadang sebagai capres masa depan, AHY tampaknya masih harus berjuang lebih keras, mengingat elektabilitasnya sebagai cagub DKI pun hanya 3,3 persen.
Sosok lainnya adalah politisi muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas (2,8 persen), wakil gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (2,5 persen), dan bupati Tangerang yang juga ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar (2,3 persen).
Lalu ada selebritis Raffi Ahmad (1,8 persen), anggota DPR RI dari Nasdem yang dikenal sebagai crazy rich Tanjung Priok, Ahmad Sahroni (1,5 persen), mantan cawagub dari PKS Nurmansjah Lubis (1,3 persen) dan Abraham Lunggana atau populer dengan julukan Haji Lulung (1,0 persen).
“Masih ada 9 nama lain yang belum terlalu berhasil menarik dukungan publik Jakarta, dengan hanya meraih elektabilitas di bawah 1 persen,” Riandi menambahkan. Selain itu masih ada 10,1 persen responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab.
Nusantara Strategic Network (NSN) melakukan survei pada 20-27 Februari 2021, secara tatap muka kepada 400 responden mewakili seluruh wilayah di DKI Jakarta. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±4,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (dil/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Adil