Survei LSI: Pemerintahan Jokowi Punya Modal Besar Atasi Intoleransi

Minggu, 03 November 2019 – 17:59 WIB
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan. Foto: Antara Foto/Akbar Nugroho

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil jajak pendapat bertitel Modal dan Tantangan Kebebasan Sipil, Intoleransi dan Demokrasi di Pemerintahan Jokowi Periode Kedua. Hasil survei itu menunjukkan pemerintahan Presiden Jokowi memiliki modal yang baik untuk menjawab tantangan intoleransi dan penurunan kebebasan sipil.

"Ada modal yang cukup besar dan bisa dimaksimalkan pemerintahan Jokowi periode kedua di tengah tantangan tersebut," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam paparannya di Jakarta, Minggu (3/11).

BACA JUGA: Intoleransi Politik di Indonesia Makin Meningkat 3 Tahun Terakhir

Djayadi menjelaskan, survei LSI pada September 2019 menunjukkan secara umum ada sejumlah masalah atau gejala menurunnya kebebasan sipil dan meningkatnya intoleransi pada awal periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Merujuk survei itu, secara umum belum ada perbaikan dalam indikator intoleransi beragama dan berpolitik.

“Dibandingkan tahun 2018, tahun 2019 cenderung stagnan. Dan jika dibandingkan 2017 dan 2016 tampak situasi yang lebih buruk, khususnya dalam kehidupan berpolitik," papar Djayadi.

BACA JUGA: Pelajar SD Terindikasi Terpapar Paham Radikal

Dia menjelaskan, survei itu menggambarkan responden dari kalangan muslim yang intoleran terhadap non-muslim dalam membangun rumah ibadah sebesar 53 persen. Hanya 36,8 persen yang mengaku tidak keberatan.

Sementara soal adanya kegiatan acara keagamaan non-muslim di sekitar umat Islam, hasilnya lebih baik. Kalangan muslim yang keberatan hanya 36,4 persen, sedangkan yang merasa tidak keberatan 54 persen.

BACA JUGA: Jangan Jadikan Rumah Ibadah Tempat Menebar Kebencian

Di sisi lain mayoritas muslim merasa keberatan jika non-muslim menjadi kepala pemerintahan di tingkat kabupaten/kota, gubernur, wakil presiden dan presiden. Djayadi menuturkan, sikap intoleran kalangan muslim juga tampak dalam hubungan antara mayoritas dan minoritas.

Menurutnya, ada 37,2 persen responden dari kalangan muslim yang setuju umat agama minoritas di Indonesia harus mengikuti kemauan mayoritas umat Islam. Namun, hanya 14,8 persen yang setuju jika umat Islam yang menjadi minoritas di negara lain harus mengikuti mayoritas di negara tersebut.

LSI melakukan surveinya terhadap 1.550 responden terpilih secara acak pada periode 8-17 September 2019. Survei itu memiliki margin of error ± 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.(antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler