jpnn.com, JAKARTA - Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) menyebutkan sebagian besar masyarakat menilai program bantuan internet gratis merupakan langkah tepat dalam menjawab urgensi di tengah pandemi COVID-19.
"Melegakan sekali mengetahui bahwa masyarakat menilai kebijakan ini merupakah langkah yang tepat dari Pemerintah serta membantu meringankan beban ekonomi yang dihadapi di masa pandemi," kata Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hasan Chabibie di Jakarta, Jumat (16/10).
BACA JUGA: Dukun Ngaku Bisa Obati Covid-19, Ternyata Cuma Modus, 7 Wanita Jadi Korban
Yang terpenting, lanjutnya, kebijakan ini membantu pembelajaran jarak jauh di masa pandemi.
Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia Ali Rif'an menyampaikan survei yang dilakukan ASI ini bertujuan mengetahui pendapat publik secara nasional terhadap program bantuan kuota data internet yang digagas Kemendikbud.
BACA JUGA: Misteri Kematian Mbak Nur Fitri Terungkap Setelah 3 Tahun, Tak Disangka, Pelaku Ternyata
Sebagai sebuah kebijakan, program subsidi kuota data internet ini sempat menuai pro-kontra di masyarakat.
"Data survei menunjukkan, sebanyak 84,7 persen publik menilai program bantuan internet gratis merupakan langkah tepat dalam menjawab sense of crisis di tengah wabah korona (COVID-19), sementara 13,7 persen menyatakan tidak. Sisanya 1,6 persen mengaku tidak tahu/tidak jawab," papar Ali Rif'an dalam rilis hasil survei secara telekonferensi.
BACA JUGA: Ini Syarat Mudah Dapatkan Bantuan Kuota Data Internet
Sementara itu, sebanyak 85,6 persen publik menilai program bantuan internet gratis meringankan beban ekonomi orang tua pelajar atau mahasiswa dalam membeli paket internet, sementara 13,6 persen tidak berpendapat demikian. Sisanya 0,8 persen mengaku tidak tahu/tidak jawab.
"Sebanyak 63,2 persen publik juga mengaku puas dengan kinerja Pusdatin Kemendikbud RI dalam menyalurkan bantuan kuota internet, sementara 32,1 persen mengaku tidak puas. Sisanya 4,7 persen mengaku tidak tahu/tidak jawab," terang Ali Rif'an.
Survei dilakukan di 34 provinsi dengan menggunakan metode multistage random sampling. Adapun jumlah responden dalam survei ini berjumlah 1.000 orang dengan margin of error /- 3.10 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini dilakukan sejak 7 hingga 11 Oktober 2020 menggunakan metode wawancara yang dilakukan melalui kontak telepon atau menggunakan kuesioner.
Para surveyor merupakan mahasiswa atau sederajat dan mendapatkan pelatihan secara intensif di setiap pelaksanaan survei.
Validasi sampel data dilakukan dengan membandingkan karakteristik demografis sampel yang diperoleh dari survei dengan populasi yang diperoleh melalui data sensus Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir.
BACA JUGA: Beri Keterangan Berbelit-belit, Ditetapkan Tersangka, AC Ngotot Bantah Membunuh si Cantik Nur Fitri
"Ini menjadi masukan penting bagi kami untuk menyempurnakan pelayanan kepada publik. Koordinasi dan kerja sama kami dengan satuan pendidikan juga para provider," pungkas Hasan Chabibie. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad