Survei Oxford Ungkap 1 dari 5 Warga Inggris Yakini Corona Hasil Konspirasi Yahudi

Senin, 25 Mei 2020 – 23:32 WIB
Pria di Yerusalem mengenakan masker berlogo Bintang Daud. Foto: The Jerusalem Post/Nati Shochat

jpnn.com, LONDON - Pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19) menambah sikap antisemitisme. Di Inggris, satu dari lima warganya meyakini virus corona terkait dengan Yahudi.

Hal itu terungkap dalam hasil penelitian Universitas Oxford. Ada warga Inggris yang meyakini pandemi virus corona saat ini merupakan ulah Yahudi untuk meraih keuntungan.

BACA JUGA: Politikus & Media Turki Tuding Zionis wa Yahudi di Balik Virus Corona

Profesor Daniel Freeman yang memimpin penelitian itu mengatakan, pihaknya tertarik melihat tingkat kepercayaan publik atas teori konspirasi yang membuat orang-orang mengabaikan langkah-langkah penting dalam kesehatan masyarakat untuk meredam pandemi.

“Makin banyak lockdown yang telah berlangsung, tanda-tanda keyakinan akan konspirasi makin besar,” ujarnya kepada The Jerusalem Post.

BACA JUGA: Menelusuri Sejarah Eksistensi Yahudi di Nusantara

Guru besar psikologi klinis di Universitas Oxford itu bersama timnya menyurvei 2.500 orang dewasa yang mewakili populasi di Inggris baik secara umur, gender, wilayah, penghasilan dan sikap mereka terhadap narasi pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus corona. Survei yang dilakukan pada 4-11 Mei 2020 itu menyodorkan 48 pertanyaan, termasuk yang berbau teori konspirasi.

Ternyata 5,3 persen responden mengaku sedikit setuju dengan pernyataan bahwa Yahudi membuat virus corona untuk meruntuhkan ekonomi demi keuntungan finansial. Adapun 6,8 persen cukup setuju dengan pernyataan itu.

BACA JUGA: Berkhotbah di Jumatan, Sebut Corona Hasil Konspirasi Yahudi & AS untuk Tutup Masjidilharam

Kemudian 4,6 persen responden sangat setuju, sedangkan 2,4 persen responden amat sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Sisanya ada 80,8 persen yang sama sekali tak setuju.

Selain itu, ada 19,9 persen persen yang menganggap Islam menggunakan virus corona untuk menyerang nilai-nilai Barat. Namun, ada 80,1 persen responden yang menentang anggapan itu.

Sementara lebih dari seperempat responden meyakini para selebritas dibayar untuk mengaku terjangkiti virus corona. Dalam kategori itu pula ada responden yang menganggap politikus sekelas Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah berbohong dengan mengaku terkena virus mematikan tersebut.

Adapun hampir separuh responden atau 45,4 persen meyakini virus corona merupakan senjata biologis yang dikembangkan Tiongkok untuk menghancurkan Barat. Menurut Freeman, keyakinan akan teori konspirasi sangat beragam dalam hal konten.

Di antara penganut teori konspirasi juga sering saling bertentangan. “Namun jika satu orang percaya sebuah ide, mereka lebih mungkin mendukung lainnya,” ujar Freeman.

Lebih lanjut Freeman mengatakan, seseorang yang menyalahkan Yahudi lebih mungkin cenderung menyudutkan pihak lain termasuk Muslim, Bill Gates dan perusahan farmasi. “Apa yang kami amati adalah kemungkinan besar mentalitas konspirasi, sebuah cara melihat dunia yang ditandai sikap antipati terhadap pejabat, laporan arus utama ataupun mereka yang berstatus di posisi lebih tinggi,” katanya.

Terpisah, tokoh Yahudi dari Jewish National Fund (JNF) yang berbasis di Inggris mengatakan, antisemitisme tidak akan hilang dari dunia, khususnya Eropa.

“Antisemitisme memiliki akar mendalam di Inggris dan Britania. Setiap situasi seperti pandemi virus corona memperkuat antisemitisme dalam pandangan mereka bahwa Yahudi bersalah atas emua masalah di dunia,” katanya.(jpost/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Virus corona   Covid-19   Yahudi   Inggris   Oxford  

Terpopuler