jpnn.com - JAKARTA -- Andai dalam pemilihan presiden (Pilpres) 9 Juli nanti hanya ada dua nama yang muncul, yaitu Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, maka untuk sementara Jokowi tetap unggul dengan selisih angka sekitar 16 persen.
Demikian disampaikan oleh peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas saat memaparkan survei bertema "Koalisi Capres Berbasis Pemilih Partai" di Sari Pan Pasific Hotel, Jakarta, Minggu (4/5)
BACA JUGA: Seleksi Anggota KASN tak Libatkan DPR
Berdasarkan survei SMRC yang terakhir, jika Jokowi hanya dihadapkan dengan Prabowo, maka mantan walikota Solo itu akan memperoleh angka 51, 6 persen sedangkan Prabowo 35,7 persen.
Namun menurut Abbas, masih ada angka margin of error sekitar 2 persen. Maka Jokowi diperkiarakan hanya mendapat angka 40 persen.
BACA JUGA: Pengangkatan Honorer K1 Tuntas Sebelum Ganti Rezim
Ditambah lagi menurut Abbas, tren Jokowi sepanjang 2014 fluktuatif, cenderung stagnan bahkan melemah. Berbeda dengan Prabowo yang cenderung naik.
"Jokowi itu di Maret 2014 mencapai 56 persen, sedangkan Prabowo 27 persen. Tapi April 2014 Prabowo terus naik sampai 36 persen, Jokowi turun jadi 52 persen. Jadi kalau masih dua bulan lagi Jokowi dan Prabowo bisa sama nanti," kata Abbas.
BACA JUGA: Layanan Publik Akan Diawasi Hingga Tingkat RT/RW
Sementara untuk Capres Golkar Aburizal Bakrie menurut Abbas terus menurun. Bahkan suara Ical jauh di bawah suara Golkar sebanyak 15 persen. Pada Maret 2014, posisi Ical masih diangka 11 persen, memasuki April Ical hanya 9 persen.
"Ical ini susah diharapkan. Yang maju pada putaran kedua September nanti Jokowi versus Prabowo. Jadi tinggal kita liat posisi cawapres keduanya yang menentukan," demikian abbas. (rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cemaskan Perlindungan HAM jika Prabowo jadi Presiden
Redaktur : Tim Redaksi