jpnn.com, LONDON - Ketakpercayaan rakyat Inggris terhadap pemerintah, bisnis, media dan lembaga derma mencapai tingkat tertinggi dalam sedikitnya 20 tahun terakhir. Menurut survei terbaru, sentimen negatif warga negara tersebut hanya kalah dari rakyat Rusia.
Perusahaan hubungan masyarakat AS Edelman menyelenggarakan survei dari 19 Oktober sampai 18 November, ketika parlemen Inggris menunda jadwal pemisahan negeri itu dari Uni Eropa dan PM Boris Johnson menyerukan pemilu sela.
BACA JUGA: Sikap Inggris Terkait Konflik Indonesia Vs Tiongkok di Laut Natuna
Inggris berada di peringkat kelima dari bawah dalam jajak pendapat tahun sebelumnya. Kini mereka menduduki peringkat terendah kedua, hanya di belakang Rusia di antara 28 negara yang disurvei.
Warga negara Tiongkok mengungkapkan kepercayaan tertinggi pada institusi negeri mereka, sama seperti tahun sebelumnya, menurut Edelman, yang melakukan 34.000 wawancara daring secara global.
BACA JUGA: Ratu Elizabeth Restui Pangeran Harry dan Meghan Mundur dari Inggris
Hasil itu kontras dengan survei-survei lain mengenai kualitas lembaga publik seperti index persepsi korupsi Transparency International, di mana Inggris dan Jepang masuk dalam peringkat di antara negara-negara yang kurang korup, dan Tiongkok dalam peringkat tengah.
Peringkat Inggris berada di posisi terendah dalam sejarah 20 tahun survei itu dan Inggris juga memperlihatkan keterbelahan besar di antara pandangan-pandangan atas apa yang oleh para peneliti sebut "masyarakat berpengetahuan"--yang lebih percaya--dan "penduduk kebanyakan".
BACA JUGA: Duta Besar Ditahan, Inggris Sarankan Iran Tidak Menambah Musuh Baru
Responden yang berusia antara 25 dan 64 tahun, bergelar sarjana, berada di seperempat teratas dalam memperoleh penghasilan untuk usia mereka dan punya minat kuat dalam masalah-masalah masa kini dianggap "berpengetahuan" sementara mereka yang berbeda dimasukkan klasifikasi lain.
Tiga dari lima orang Inggris mengatakan mereka kehilangan kepercayaan pada demokrasi dan mayoritas kecil mengatakan kapitalisme mengakibatkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan.
Namun jajak pendapat tambahan yang diselenggarakan setelah kemenangan Johnson pada 12 Desember memperlihatkan kenaikan 10 persen pada kepercayaan terhadap pemerintah, dan lebih sedikit orang yang mengatakan negeri itu berada di jalur yang salah. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil