Susahnya Memutus Mata Rantai Peredaran Narkoba

Selasa, 09 Mei 2017 – 01:30 WIB
Ilustrasi sabu-sabu. Foto: AFP

jpnn.com, PONTIANAK - Memberantas peredaran narkoba tak semudah membalik telapak tangan.

Ketika ada pengedar yang tertangkap bukan berarti peredaran narkoba makin minim.

BACA JUGA: Bareskrim Gagalkan Penyelundupan 84 Sabu-sabu di Tangerang

Sebab, selalu ada pengedar lain yang memasarkan barang haram itu.

"Kadang-kadang jadi kurir karena dipaksa, karena dia butuh barang itu juga. Mau beli tak punya uang, dikasih gratis tetapi bawa barang itu, karena sudah ketagihan apa pun dilakukannya," ungkap Kepala Bagian Umum Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Kalbar Mashadi Ekasurya Agus sebagaimana dilansir Rakyat Kalbar, Senin (8/5).

BACA JUGA: KemenPAN-RB dan BNN Kompak Cegah Narkoba di Kalangan Abdi Negara

Dia menambahkan, bandar tak mengonsumsi narkoba.

“Ketika dilakukan tes urine, negatif. Mereka (bandar) tahu barang itu jelek, pintar mereka, hanya jual," bebernya.

BACA JUGA: Idealnya Kalbar Dipecah 3 Provinsi Lagi

Tak mengherankan, narkoba dalam jumlah banyak sering diselundupkan ke Indonesia.

Apalagi, Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan negara tetangga melalui lima pintu perbatasan.

Selain itu, ada pula jalur tikus yang kerap digunakan untuk menyelundupkan barang haram tersebut.

"Ini demand dan supply (penawaran dan permintaan). Selama ada pemakai, supply akan jalan terus. Barang itu produksinya banyak sekali dari luar, bukan lagi kiloan tapi tonan yang masuk ke kita," terang Mashadi.

Selain menjadi tempat singgah dan transit, Kalbar, khususnya Kota Pontianak, juga sarang pengguna narkoba.

 Dari razia yang pernah dilakukan pada 2015 dan 2016, sebanyak 30 persen pengunjung tempat hiburan malam dinyatakan positif narkoba. (Ambrosius Junius, Achmad Mundzirin, Mohamad iQbaL)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Astaga, Sudah Sebegini Banyaknya PNS Pesakitan Kasus Narkoba


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler