Susu hingga Baja Diusulkan Bebas Bea Masuk  

Minggu, 15 Oktober 2017 – 13:54 WIB
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pembahasan kerja sama bilateral Indonesia dan Australia untuk pemberlakuan tarif bea masuk nol persen masih terus bergulir.

Ada tiga komoditas unggulan masing-masing negara yang menjadi pokok pembahasan dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia itu.

BACA JUGA: Jokowi Minta Kementerian Permudah Ekspor

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, perjanjian kemitraan ekonomi tersebut diharapkan memacu pertumbuhan industri kedua negara melalui perluasan pasar ekspor.

Australia meminta bebas bea masuk tiga komoditas andalannya, yakni susu (skim milk), tembaga (copper cathode), serta baja (rolled coil). 

BACA JUGA: Industri Keramik Dapat Gas Murah

Sebagai gantinya, Australia memberi tawaran bea masuk nol persen untuk tiga komoditas dari Indonesia. Yakni, tekstil, alas kaki, dan pakaian.

Menurut Airlangga, pembebasan bea masuk bagi tiga komoditas andalan ekspor Indonesia itu menjadi peluang besar bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Khususnya di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). 

BACA JUGA: UMK Batam 2018 Diprediksi Naik Sebegini

”Saat ini, Tiongkok dan Vietnam sudah dikenakan nol persen. Sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa masih kena bea masuk 5–20 persen,” paparnya sebagaimana dilansir Jawa Pos, Minggu (15/10).


Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengemukakan, pemerintah tidak langsung menyetujui usulan Australia tersebut.

Sebab, diperlukan perhitungan yang komprehensif agar bisa saling menguntungkan.

Harjanto mengusulkan Australia bisa menggunakan skema user specific duty free scheme (USDFS). Artinya, preferensi tarif nol persen dapat diberikan jika ada investasi yang masuk.

Dengan demikian, masih ada nilai tambah dan Indonesia bisa melakukan ekspor ke negara lain. 

”Bahan baku boleh saja dari mereka ke kita, akan tetapi investasi mereka harus masuk sehingga ada transfer teknologi. Dengan begitu, walaupun kita masih impor bahan baku, tetapi memiliki kemungkinan untuk ekspor produk turunannya,” ujarnya.

Australia adalah salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia.

Berdasar data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2010–2015, Australia merealisasi investasi USD 2,1 miliar.

Mayoritas di sektor pertambangan, kimia dasar, dan infrastruktur. 

Sedangkan komitmen investasi Australia mencapai USD 7,7 miliar yang berasal dari sektor industri logam, properti, dan sektor peternakan.

Angka realisasi investasi pada triwulan I 2016 dari Australia tercatat USD 59,98 juta. Terdiri atas 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja yang mencapai 5.070 orang. 

Secara keseluruhan, total investasi yang masuk triwulan pertama 2016 mencapai Rp 146,5 triliun atau meningkat 17,6 persen dari periode sebelumnya Rp 124,6 triliun. (agf/c21/noe) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sambut Asian Games, Wushu Latihan di Tiongkok 2 Bulan


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler