Sutan Muhammad Zain, Legenda Bahasa Indonesia

Senin, 09 Juli 2018 – 18:20 WIB
Gambar sampul buku Djalan Bahasa Indonesia, karya Sutan Muhammad Zain. Foto: Capture Google.

jpnn.com - URANG AWAK, khususnya Pariaman boleh saja berbangga. Karena anak Indonesia pertama yang memiliki ijazah tertinggi dalam penguasaan Bahasa Melayu--diakui secara ilmiah—oleh Rijks Universiteit Leiden, Belanda, berkampung di sana.
 
Wenri Wanhar – Jawa Pos National Network
 
“Sutan Muhammad Zain ternyata menulis sejarah Sriwijaya,” kata Gusti Asnan, guru besar Ilmu Sejarah di Universitas Andalas, dalam sebuah perjumpaan dengan di Padang, tempo hari.
 
Berselang waktu, terdengar kabar naskah itu diterbitkan jadi buku di bawah judul Sriwijaya dan Kerajaan-Kerajaan di Sumatera Era Klasik.
 
Mantan Presiden Indoneia B.J. Habibie hadir dan baik mimbar saat buku itu diluncurkan di Jakarta, 14 November 2017.
 
Bersamaan dengan itu, diluncurkan pula buku biografi Sutan Muhammad Zain. Judulnya Kenangan Peralihan Masa.
 
Ahli Bahasa
 
SMZ—demikian pakar bahasa terkemuka itu menulis inisial namanya dalam naskah asli pra cetak yang saya lihat dari Gusti Asnan—bukan sembarang orang.
 
Berdasarkan cerita dari kedua buku itu, diketahui anak Piaman yang lahir pada 1886 di Sungai Pasak itu pernah mengampuh pendidikan di Kweekschool Fort de Kock alias Sekolah Radja di Bukittinggi (sekarang SMA 2)  sepanjang 1904-1906.
 
Satu almamater dengan Tan Malaka. Sama dengan Tan Malaka Si Bapak Republik, SMZ juga melanjutkan sekolah ke Belanda.
 
Bedanya, Tan langsung berangkat selulus dari Kweekschool, SMZ terlebih dahulu mengajar Prince Hendrik School, Batavia sejak 1911, sembari bekerja sebagai Kepala Sidang Pengarang Balai Pustaka (1912) dan aktif menjadi aktivis pergerakan.
 
Cukup lama SMZ dipercaya menjabat Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Yakni, sepanjang 1914 hingga 1922.
 
Dunia pergerakan pula yang mengantarkannya duduk menjadi anggota Gemeente Raad dan Volksraad—semacam DPR sekarang—rentang 1920-1922.
 
Nah, pada 1923 di berangkat ke Belanda. Dapat beasiswa sekolah di Rijks Universiteit Leiden.

Di kampus itulah SMZ meraih ijazah tertinggi penguasaan Bahasa Melayu. Kalangan akademisi mengakuinya sebagai orang Indonesia pertama yang mendapat pengakuan ilmiah tersebut.
 
Di alam Indonesia merdeka, berbekal disiplin ilmu yang diampuhnya, ayah dari Harun Zain (mantan Gubernur Sumatera Barat) tersebut menjabat Kepala Balai Bahasa Indonesia (1947-1949).
 
Lalu bersama-sama dengan Sutan Takdir Alisjahbana mendirikan Universitas Nasional, Jakarta—kampus pertama berdiri paska proklamasi kemerdekaan Indonesia.
 
Di kampus itu, dia mengepalai jurusan Bahasa Indonesia, sejak 1949 hingga 1957.

BACA JUGA: Kern…

Untuk keperluan pendidikan, dia menulis Kamus Modern Bahasa Indonesia. Pertama kali dicetak pada 1951.
 
Kamus yang digadang-gadang sebagai karya monumentalnya itu, kemudian hari dikembangkan Jusuf Sjarif Badudu menjadi Kamus Lengkap Badudu-Zain, pada 1992. Dan lalu menjadi pondasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
 
Pada 1957, SMZ dikukuhkan sebagai guru besar Bahasa Indonesia. Sejak itu, gelar Profesor menempel padanya.
 
Para ahli Bahasa Indonesia mengakui, apa yang kini disebut sebagai kata benda, kata kerja, kata sandang dan seterusnya, pertama kali diteorikan oleh Engku Profesor Sutan Muhammad Zain dalam bukunya yang berjudul Djalan Bahasa Indonesia.

Gramatika Bahasa Indonesia sebetulnya sudah disusunnya sejak zaman pendudukan Jepang.
 
Hal yang kini dikenal sebagai dasar-dasar gramatika Bahasa Indonesia itu, dulunya disebut Gramatika Bahasa Melayu.
 
Tak hanya terbilang sukses di bidang ilmu pengetahuan, dia boleh dikata pandai dalam mendidik anak.
 
Sebagaimana telah dilansir di atas, anaknya Harun Zain melejit menjadi Gubernur Sumatera Barat. Nah, anaknya yang lain Zairin Zain, adalah diplomat ulung pada era Soekarno.
 
SMZ berpulang pada 6 April 1962, dalam penerbangan dari Amerika ke Jepang. Legenda Bahasa Indonesia itu dikebumikan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
 
Bila puan dan tuan membaca buku sejarah Sriwijaya yang ditulisnya, banyak hal-hal baru terkait keberadaan kerajaan yang konon teramat besar dan berpengaruh di dunia pada awal Masehi.
 
Wajar saja. Di samping ahli Bahasa Indonesia, dia juga lihai bahasa Sanskerta. Bahasa yang tertulis dalam prasasti-prasasti yang oleh para ahli dijadikan bukti keberadaan dan kebesaran Sriwijaya. (wow/jpnn)

BACA JUGA: Kern…

BACA JUGA: Membaca Karl May Si Penulis Ulung

BACA ARTIKEL LAINNYA... Senarai Rahasia Nagari Sabak (2)


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler