jpnn.com - JAKARTA - Belum lama duduk di kursi Kapolri, namun Jenderal (Pol) Sutarman sudah mendapat kritikan bertubi-tubi. Tak hanya di media, kritikan itu juga muncul di depan Sutarman langsung. Salah satunya saat pengganti Timur Pradopo itu hadir pada peluncuran buku "Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan" di Jakarta Selatan, Minggu, (17/11).
Hadir pada acara itu antara lain mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad, anggota Komisi III DPR Bambang Sesatyo, aktivis antikorupsi Teten Masduki dan sejumlah tokoh lainnya. Kritikan itu lantaran para tokoh yang hadir membandingkan Polri di era kepemimpinan Hoegeng sebagai Kapolri dengan kondisi para petinggi kepolisian akhir-akhir ini.
BACA JUGA: Abraham Tak Takuti Rencana Pengacara Anas Lapor PBB
Namun Sutarman tak mau tipis kuping menanggapi kritikan itu. "Kritik itu kami anggap sebagai masukan. Saya tidak akan marah, saya tetap tenang dan tersenyum," kata Sutarman dengan senyum di hadapan para tokoh itu.
Ia menyatakan, Polri tetap bersemangat untuk membuat perubahan dan perbaikan internal. Kritik, kata dia, tidak akan mematahkan semangat Polri.
Meski belum mampu mencontoh Hoegeng, namun Sutarman menyatakan perubahan akan dimulai dari dirinya sehingga menjadi teladan bagi seluruh anggota Polri.
BACA JUGA: KPK Pastikan Akan Tetap Periksa Bos Kernel Singapura
"Jika anak buah saya salah, salahkan saya juga. Kami ingin ada perubahan, jika kami berbuat benar jangan lalu disalahartikan," ujar Sutarman.
Sutarman juga mengaku sudah memberikan nomor handphonenya ke sejumlah media untuk publik. Hal ini agar publik dapat melaporkan berbagai hal padanya termasuk jika ada oknum polisi yang melakukan pelanggaran.
BACA JUGA: Harapkan Kredibilitas MK Pulih Sebelum Pemilu Legislatif
Selain itu, rekrutmen anggota baru Polri juga sudah lebih transparan. Oleh karenanya jika ada penyimpangan, ia minta untuk dilapori.
"Kami sudah sangat transparan dan terbuka, jadi kalau ada DPR RI mau nitip anak masuk polisi tidak bisa, karena kami prosesnya transparan diawasi banyak pihak. Kalau ada penyimpangan, laporkan," tegas Sutarman.
Sementara anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala mengakui, masih banyak hal menyimpang di internal Polri. Meski demikian, ia menilai Polri punya alasan sendiri untuk melakukan hal-hal tersebut.
Ia mencontohkan, Polri tidak memiliki dana untuk tes DNA. Tapi karena memiliki jaringan di banyak pihak, Polri mendapat dana untuk itu. Hal itu, kata dia, tidak dapat disalahkan juga karena publik menuntut Polri untuk melakukan tes DNA jika ada kasus terutama yang menyebabkan korban jiwa.
"Saya tidak bilang apa yang dilakukan Polri itu benar, tapi kita juga harus lihat mengapa bisa demikian. Kalau ada keluarga anda masuk sel di Polri, tidak dapat makan banyak, jangan salahkan polisi, karena uang makan tahanan mereka memang terbatas. Kalau mereka tidak dapat dari luar belum tentu bisa biayai makanan tahanan," kata Adrianus.
Adrianus mengungkapkan, selain memberi kritik pada Polri, publik seharusnya juga memberi kritik juga pada institusi lain. Menurutnya, Polri sudah sangat terbuka selama ini untuk menerima kritikan.
"Coba lihat dan beri kritik juga pada sebelahnya Mabes Polri, Kejaksaan Agung. Untuk melengkapi berkas perkara juga harus dikasih amplop juga. Lihat juga institusi pertahanan dan lainnya. Korupsi bukan hanya di Polri. Meski saya akui, Polri memang sudah rusak bukan berarti tidak bisa dibenahi," tandas Adrianus. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Tentang Hoegeng Bikin Sutarman Teteskan Air Mata
Redaktur : Tim Redaksi