jpnn.com, STOCKHOLM - Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada Rabu (15/3) mengatakan bahwa pihaknya berharap Turki dapat meratifikasi keanggotaan Swedia ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) setelah pemilihan umum pada Mei.
"Kami yakin kami siap untuk ratifikasi, tetapi kami menghormati bahwa hanya Turki yang dapat mengambil keputusan," kata Kristersson dalam konferensi bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz.
BACA JUGA: UU Antiteror Swedia Dipuji Sekjen NATO, tetapi Turki Masih Sewot
Kristersson menambahkan bahwa Swedia siap jika proses ratifikasi dilakukan secara terpisah dengan Finlandia setelah berbagai laporan media menyebut bahwa Turki akan meratifikasi aksesi Finlandia terlebih dulu pada bulan depan.
Sejumlah laporan media menyebut bahwa Turki masih menunggu langkah nyata pemerintah Swedia untuk melawan kelompok-kelompok yang dianggap Ankara sebagai teroris.
BACA JUGA: Lupakan Pembakaran Al-Quran, Turki Buka Peluang untuk Swedia Gabung NATO
"Kami memilih untuk diratifikasi bersama. Namun, saya juga menyadari fakta bahwa masing-masing dari 30 negara di NATO membuat keputusan ratifikasi mereka sendiri, dan kami sangat menghormati itu,” katanya.
Perdana Menteri Swedia itu menyebut bahwa mereka telah membahas harapan Turki terhadap Swedia dan Finlandia selama pembicaraan trilateral. Ketiga negara tersebut telah membuat kemajuan dalam proses tersebut.
BACA JUGA: NATO Dilanda Konflik Internal, Rusia: Mereka Mulai Cemas
“Kami berharap proses ratifikasi dapat dilakukan secepatnya setelah pemilu Turki. Dan kami merasa sangat nyaman dengan semua dukungan yang kami terima dari sekutu NATO lainnya, termasuk jaminan keamanan,” ujarnya.
Swedia dan Finlandia memutuskan untuk mengakhiri statusnya sebagai negara nonblok dan secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada Mei lalu.
Akan tetapi, Turki, salah satu anggota NATO, mensyaratkan kedua negara Nordik itu untuk mengambil tindakan nyata terhadap kelompok teror seperti PKK dan FETO, yang dianggap telah melakukan kegiatan propaganda, pendanaan, dan perekrutan di negara-negara tersebut.
Pada Juni, Finlandia dan Swedia menandatangani memorandum dengan Turki untuk mengatasi masalah keamanan Ankara. Sejak saat itu, para diplomat senior serta pejabat dari ketiga negara mengadakan berbagai pertemuan bersama untuk membahas penerapan perjanjian trilateral itu.
Pihak berwenang Turki menyambut baik langkah-langkah yang diambil oleh Finlandia untuk mengatasi kekhawatiran Ankara.
Namun, Turki merasa belum puas dengan langkah-langkah yang diambil Swedia meskipun ada komitmen sebelumnya.
Parlemen Swedia diperkirakan akan membahas undang-undang anti-terorisme yang baru pada Mei. Undang-undang baru itu dibuat untuk menargetkan pembiayaan, bantuan dan penyebaran kelompok teroris, yang merupakan tuntutan utama dari Ankara. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif