jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan pengembangan kawasan Food Estate sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan pertanian.
Pentingnya peningkatan produksi dan penguatan cadangan pangan menjadikan program superprioritas ini harus ditangani secara extraordinary salah satunya lewat pendampingan yang intensif.
BACA JUGA: Food Estate, Mengubah Semak Belukar menjadi Lahan Produktif
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan pihaknya akan memaksimalkan semua lini agar pendampingan yang diberikan terhadap petani di Food Estate Kalimantan Tengah, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur bisa berjalan maksimal.
Salah satunya, kata Mentan SYL, lewat pembentukan Tim Pendampingan atau Detasharing Food Estate.
BACA JUGA: Petani Food Estate: Kami Betul-betul Dikawal Teman-teman dari Kementan
“Petugas perlu disiapkan dan ditingkatkan kompetensinya sehingga dapat optimal bekerja,” kata Syahrul saat “Pembekalan Umum dan Pelepasan Tim Pendamping/Detasering Pengembangan Kawasan Food Estate” di Kantor Pusat Kementan Jakarta, Kamis (4/3).
Syahrul menegaskan dengan kompetensi ini maka para pendamping dapat memiliki kemampuan mendampingi dan mengawal para petani di Food Estate dalam melakukan budi daya, penggunaan alsintan dan penanganan panen serta pascapanen.
BACA JUGA: Usai Mendampingi Presiden, Mentan SYL: Kawasan Food Estate Menerapkan Teknologi Modern
Menurutnya, tim pendamping menjadi landasan utama dalam mengoptimalkan berbagai aktivitas Food Estate dari hulu ke hilir.
Ia menegaskan kehadiran pendamping bagi petani diharapkan membantu percepatan pengembangan Food Estate.
Selain itu, lanjut dia, memperkuat eksistensi kelembagaan petani serta pengembangan bisnis dan korporasi petani.
“Di pertanian itu yang terpenting adalah bagaimana kemauan kita bekerja,” katanya.
Ia menegaskan kuncinya adalah harus fokus dan paham secara jelas dan detail apa yang dikerjakan dan target.
“Pahami medannya, pahami siapa orang-orang yang harus dikenal di lapangan, dan tentu harus diikuti juga dengan disiplin dan kerja sama yang baik,” papar Syahrul.
Ia menegaskan program Food Estate harus sukses. Oleh karena itu, Syahrul berjanji akan mendukung penuh upaya pendampingan bagi para petani.
Syahrul mengatakan aspek pendampingan merupakan langkah yang sangat penting dalam mengakselerasi kegiatan pertanian di lokasi Food Estate.
“Ini langkah yang bagus. Jangan ada kata mundur ataupun berhenti. Kita harus fight, saya dukung penuh pendampingan ini, secara teknis semua unit kerja di Kementan harus ikut bekerja dan mendukung,” ujar Syahrul.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengungkapkan ada sejumlah langkah yang akan dilakukan untuk mendukung pendampingan petani di lokasi Food Estate.
Dedi menegaskan di antaranya adalah dengan menggelar pembekalan umum bagi tim pendamping yang telah dibentuk Kementan.
Ia menjelaskan bahwa pembekalan ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan etos kerja dalam pelaksanaan tugas pendampingan.
Kemudian meningkatkan pengetahuan teknis dari produksi hingga pascapanen dan pemasaran.
Selain itu, juga meningkatkan wawasan peserta tentang inovasi teknologi. Meningkatkan wawasan peserta dalam dalam penguatan kelembagaan ekonomi petani.
“Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan Program Food Estate,” ungkap Dedi.
Sebagai informasi, untuk tahap awal tim pendamping akan bekerja secara intensif selama tiga bulan ke depan. Tim ini terdiri dari 70 orang tenaga fungsional yang meliputi para peneliti, penyuluh pusat, widyaiswara, dosen, pengawas benih tanaman, litkayasa, pengamat organisme pengganggu tanaman dan fungsional umum lainnya. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy