Syarief Hasan Berikan Cara Memilih Pemimpin, Cari yang Banyak Pendukungnya

Sabtu, 27 Januari 2024 – 16:04 WIB
Wakil MPR RI Syarifuddin Hasan dalam Forum Diskusi Publik dengan tema "Pemilu 2024: Menakar Kepemimpinan Nasional" di GOR Desa Jambudipa, Warungkondang, Cianjur, Sabtu (27/1/2024). Foto: MPR RI

jpnn.com, CIANJUR - Wakil Ketua MPR Prof Syarifuddin Hasan memberikan cara untuk memilih pemimpin nasional dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Dalam memilih pemimpin, pilihlah yang terbaik di antara yang ada.

BACA JUGA: Soal Pemain Naturalisasi di Timnas Indonesia, Syarief Hasan Beri Penjelasan Begini

Menurut dia, pemimpin yang memiliki pengalaman dalam memimpin, mempunyai ketegasan, dan terbukti sudah berprestasi.

"Banyak yang menyatakan bahwa dia adalah pemimpin yang terbaik. Banyak pendukungnya yang menyatakan bahwa dialah yang diharapkan menjadi pemimpin nasional," kata Syarifuddin Hasan dalam Forum Diskusi Publik dengan tema "Pemilu 2024: Menakar Kepemimpinan Nasional" di GOR Desa Jambudipa, Warungkondang, Cianjur, Sabtu (27/1/2024).

BACA JUGA: Pengobatan Gratis Diminati, Syarief Hasan: Masyarakat Butuh Pelayanan Kesehatan Lebih Baik

Turut berbicara dalam Forum Diskusi Publik yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Dr. Dedi Mulyadi (Dosen FH Universitas Surya Kancana, Cianjur).

Menurut Syarief Hasan, sapaan Syarifuddin Hasan, dengan kisi-kisi pemimpin nasional seperti itu diharapkan pada saat Indonesia Emas tahun 2045.

BACA JUGA: Syarief Hasan Ajak Warga Bogor Ikut Berpartisipasi dalam Pemilu 2024

"Dengan pemimpin nasional seperti itu, mudah-mudahan Indonesia pada saat Indonesia Emas tahun 2045 mendatang akan bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara," ujarnya.

Dia mendapat pertanyaan dari seorang peserta, bagaimana memilih pemimpin nasional dalam Pemilu 2024 ini?

Dia mengutarakan bahwa jawaban atas pertanyaan itu relatif karena akan ada subjektivitas yang belum tentu bisa diterima semua orang.

Sebab, setiap orang memiliki penilaian masing-masing.

Meski demikian, Syarief Hasan menyebutkan gambaran secara umum yang bisa digunakan untuk memilih pemimpin nasional.

Menurut dia, ilmu filsafat dapat digunakan untuk menilai atau menjustifikasi terhadap seseorang calon pemimpin nasional.

"Dengan menggunakan ilmu filsafat, umpamanya ada 10 orang yang menilai sesuatu, dan dari 10 orang itu, persentasenya banyak yang menilai baik, maka ikutlah dengan persentase besar yang itu. Biasanya persentase yang lebih banyak itu mengandung unsur kebenarannya," jelasnya.

Dia menjelaskan kepemimpinan nasional yang akan datang dapat dilihat dari postur pendukungnya.

"Mana pemimpin nasional yang mendapat banyak dukungan, suka atau tidak suka, memang itulah yang terbaik dari pilihan yang ada," tegas anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.

"Hanya ada tiga pilihan calon pemimpin nasional. Mana yang terbaik di antara tiga pilihan itu tinggal dilihat mana yang lebih banyak pendukungnya," imbuhnya.

Syarief Hasan menjelaskan kepemimpinan (leadership) adalah orang yang bisa memimpin dan mengkoordinasi, mengkomunikasikan, mulai dari unit terkecil (keluarga) sampai negara.

"Dia mempunyai kapasitas untuk memimpin dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Pemimpin harus bisa mengkoordinir orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan," tuturnya.

Untuk menjadi pemimpin yang mumpuni, lanjut Syarief Hasan, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan atau knowledge yang bagus.

Selain itu, seorang pemimpin harus bisa memiliki behaviour atau perilaku yang baik.

"Artinya, pemimpin harus mempunyai perilaku yang patut dicontoh," ujarnya.

Dalam falsafah Jawa, disebutkan pemimpin itu jika berada di depan dia menjadi teladan, jika berada di tengah dia memberi karsa (mengarahkan), dan ketika berada di belakang, pemimpin ikut mendorong (tut wuri handayani).

"Itulah kepemimpinan," ucapnya. (jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sosialisasi Germas, Syarief Hasan: Hidup Itu Harus Sehat


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler