jpnn.com, JAKARTA - Syekh Mukhtar Athorid Bogor dianggap sebagai ulama yang memelopori tradisi penulisan karya intelektual berbahasa Sunda di Timur Tengah. Syekh Mukhtar juga memiliki banyak murid ulama top Nusantara dan pengajar di Masjidil Haram.
Hal ini diungkapkan oleh Filolog Santri Dr. Ahmad Ginanjar Syaban dalam serial “Inspirasi Ramadan” bertajuk “Inspirasi Keteladanan Syekh Mukhtar Athorid Bogor” dengan host Catur Setiawan yang disiarkan akun BKN PDI Perjuangan di YouTube pada Rabu (13/4).
BACA JUGA: Semarakkan Ramadan, Fraksi PKB Santuni Ratusan Yatim dan Bedah Buku Khittah NU
Ginanjar mengungkapkan Syekh Mukhtar memiliki kemampuannya menulis karya dalam tiga bahasa, yakni Arab, Melayu dan Sunda. Syekh Mukhtar juga dikenal karena kepakarannya dalam bidang hadis, astronomi, dan hukum Islam yang sebagian besar karyanya ditulis dalam bahasa sunda.
“Bahasa Sunda ini bukan hanya semata-mata bahasa, tetapi ada pesan yang ingin disampaikan oleh Syekh Mukhtar lebih jauh dari itu bahwa bahasa adalah sebuah identitas,” kata Ginanjar.
BACA JUGA: Malam Ini, Novia Bachmid Meriahkan Syair Ramadan 2022
Syekh Mukhtar, lanjut Ginanjar, memiliki strategi kebudayaan jauh ke depan dengan memosisikan Sunda sebagai bahasa intelektual di dunia internasional dan Islam. Hal ini dikarenakan pada 1880-an, karya-karya ulama Nusantara yang ditulis maupun dipublikasikan di Kairo, Mekkah, Istanbul, Bombai, dan belahan dunia lainnya baru sebatas tiga bahasa, yakni Arab, Melayu, dan Jawa.
“Syekh Mukhtar ingin menjadikan bahasa Sunda menjadi lebih bermartabat dengan menjadikannya bahasa keilmuan, bahasa literasi, dan bahasa intelektual di Timur Tengah. Bahasa sunda tidak hanya sebagai bahasa tutur," ucap Ginanjar.
BACA JUGA: Terungkap, Fuji Menangis Sehari Sebelum Ramadan, Ini Sebabnya
Di samping pionir dalam hal penulisan karya dengan bahasa Sunda, Syekh Mukhtar merupakan mahaguru ulama Nusantara di Mekkah yang memiliki murid dari hampir seluruh wilayah Hindia-Belanda pada masa itu.
“Beberapa nama ulama tersohor yang merupakan murid dari Syekh Mukhtar, yakni KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, Syekh Hasan Maksum, dan masih banyak lagi,” Ungkap Ginanjar.
Selain mengajar dan menulis karya dalam bidang ilmu keagamaan, Syekh Mukhtar juga banyak menulis hal yang berkaitan dengan nasionalisme. Syehk Mukhtar juga menanamkan spirit nasionalisme yang sangat tinggi kepada murid-muridnya.
"Hal ini terbukti dengan banyaknya murid Syekh Mukhtar yang menjadi pahlawan nasional seperti KH. Ahmad Sanusi dari Sukabumi, KH. Wahab Hasbullah dan KH. Hasyim Asy’ari," ungkap Ginanjar
Tak hanya sampai di situ, Ginanjar menerangkan banyak teladan dari sosok Syekh Mukhtar Athorid Al Bughuri. Yang pertama, Syekh Mukhtar dihormati karena ilmu. Syekh Mukhtar di Timur Tengah telah menjadi mahaguru yang mengajar di tempat yang paling disakralkan oleh umat Islam, yaitu Masjidil Haram.
Kedua, meskipun lama meninggalkan tanah air dengan mengajar di Timur Tengah, Syekh Mukhtar tidak lupa dengan akar identitas, tradisi, dan budayanya sebagai orang Sunda.
Ketiga, Syekh Mukhtar juga tidak melupakan tugas sosialnya dengan menjadi ketua organisasi pemberdayaan masyarakat Sunda di Mekkah pada masanya yang berfokus pada bidang pendidikan dan ekonomi.
“Syekh Mukhtar merupakan seorang alim dunia Islam, namun tidak meninggalkan asal usul beliau sebagai orang sunda dan orang Nusantara. Artinya, kita bisa beragama dengan ilmu tanpa harus melepaskan kebudayaan,” tutup Ginanjar. (tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belanja Kebutuhan Ramadan Makin Mudah, Bisa Dilakukan Kapan Saja
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga