Syria Bantah Gunakan Senjata Kimia

Kamis, 01 September 2016 – 16:47 WIB
Tim medis menggunakan lumpur sebagai alat pertolongan pertama pada korban luka bakar di Homs, Syria. Foto: aljazeera

jpnn.com - ORGANIZATION for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) dan PBB akhirnya merilis hasil investigasi serangan gas klorin yang terjadi di Syria.

Dalam kesimpulannya, OPCW menyebut bahwa gas-gas beracun terbukti digunakan sebagai senjata dalam pertempuran di republik tepi Laut Mediterania. Sayangnya, organisasi yang bermitra dengan PBB itu mengakui bahwa kesimpulan mereka tersebut tidak cukup kuat untuk memantik sanksi. 

BACA JUGA: Lionrock Mengamuk, 11 Jenazah Ditemukan Tertutup Lumpur

Dalam paparan mereka Selasa (30/8), organisasi yang beranggota 192 negara itu menyalahkan rezim Presiden Bashar al-Assad karena membiarkan gas kimia digunakan dalam pertempuran di wilayahnya. Bahkan, pasukan pemerintah ikut menggunakannya.

Padahal, Chemical Weapons Convention (CWC) melarang keras penggunaan senjata kimia di belahan bumi mana pun. ”Rezim Assad bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia di wilayahnya,” tulis Joint Investigative Mechanism (JIM), tim investigasi gabungan OPCW dan PBB. 

BACA JUGA: Hamdalah, Presiden Duterte Izinkan 177 WNI Berpaspor Filipina Dipulangkan

Untuk kali pertama, tim yang khusus dibentuk untuk menyelidiki penggunaan senjata kimia di Syria itu menyalahkan Damaskus.

Setidaknya, pasukan Assad telah dua kali menggunakan senjata kimia untuk melawan musuh-musuhnya. Dua aksi terlarang tersebut berlangsung pada 2014 dan 2015. Selasa lalu, Inggris dan Prancis langsung mereaksi laporan JIM. Mereka menyebut penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil adalah salah satu bentuk kejahatan perang. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mendesak PBB segera beraksi.

BACA JUGA: Tiga Negara Peringatkan Warganya Jangan ke Singapura

"Perlu segera ada tindakan dan memastikan mereka yang bertanggung jawab atas serangan (kimia) tersebut membayar perbuatannya,” tegas Samantha Power, duta besar AS untuk PBB. 

Apalagi, dalam laporannya, JIM menyebut dua serangan yang semuanya terjadi di Provinsi Idlib itu menarget permukiman. Yakni, di Kota Talmenes pada 21 April 2014 dan di Kota Sarmin pada 16 Maret 2015.

JIM menuliskan bahwa dua serangan di kawasan barat laut Idlib itu selalu melibatkan sejumlah helikopter tempur milik Syria. ”Helikopter menjatuhkan sesuatu di rumah-rumah warga yang langsung melepaskan substansi beracun. Di Sarmin, substansi itu teridentifikasi gas klorin,” terang tim gabungan OPCW dan PBB itu. 

Tapi, Damaskus selalu membantah semua tuduhan tersebut. Syria merupakan salah satu negara yang meneken kesepakatan CWC. Sejak 2013, Syria tercatat sebagai anggota badan yang mengatur segala sesuatu tentang senjata kimia tersebut. Artinya, negara itu wajib ikut menerapkan larangan pemakaian senjata kimia. Meski saat bergabung dengan CWC, Syria sedang dalam kondisi perang. Assad bersedia bergabung atas desakan Rusia yang merupakan sekutunya.

Selasa lalu setelah paparan hasil investigasi JIM, Dewan Keamanan (DK) PBB mengadakan rapat tertutup. Dalam kesempatan itu, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengungkapkan keberatannya atas temuan JIM. ”Ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab oleh tim (JIM) sebelum DK PBB menerima seluruh hasil temuan mereka,” jelasnya.

Secara terpisah, Duta Besar Syria untuk PBB Bashar Jaafari juga menolak mentah-mentah kesimpulan JIM. ”Mereka tidak punya bukti fisik. Semuanya hanya berdasar laporan saksi mata yang merupakan bagian dari kelompok teroris bersenjata,” paparnya. 

Seperti Churkin, dia juga menyebut tidak ada sidik jari atau jejak lain yang menyebut pasukan Syria sebagai pelaku serangan.

Minggu (28/8), foto dan video mengharukan tentang bocah korban perang di Homs menghiasi media. Di sana terlihat seorang anak lelaki yang kepalanya dibalur lumpur untuk meredakan luka bakar yang dialaminya. Konon, luka bakar itu dampak dari serangan senjata kimia di kawasan Al-Waer. Lumpur terpaksa digunakan untuk mendinginkan suhu tubuh yang terkena luka bakar karena tidak ada lagi obat-obatan di sana.

”Ada dua anak yang tewas akibat senjata kimia dan lima lainnya masih dirawat intensif. Sedikitnya ada 20 warga dewasa yang juga terluka akibat senjata kimia,” kata Osama Abou Zeid, direktur Homs Media Centre. Dia terpaksa menggunakan obat-obatan seadanya untuk merawat para korban. Termasuk perban poliester yang sebenarnya justru memperparah luka bakar. (afp/bbc/reuters/aljazeera/hep/c6/any)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Kembar Siam Sukacita Mencoba Seragam Sekolah Pertama Mereka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler