Tahun Depan Dana Riset Besar Banget

Senin, 18 September 2017 – 07:31 WIB
Uang. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Tahun depan dana riset yang bersumber dari APBN mencapai Rp 23 triliun.

Hanya saja, tanpa pengelolaan yang baik dana superjumbo itu berpotensi tidak menghasilkan inovasi yang signifikan.

BACA JUGA: LIPI Punya 3 Profesor Riset Baru

Hal itu disampaikan Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenritekdikti Muhammad Dimyati di Jakarta kemarin (17/9).

Dimyati mengatakan, dana riset itu mampu membiayai 15 ribu proyek penelitian. Persoalannya adalah dana itu tersebar di banyak kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK). ’’Jadi anggarannya ngecer (tersebar) di mana-mana,’’ jelasnya.

BACA JUGA: Hasil Penelitian: Orang Indonesia Paling Malas Jalan Kaki

Menurut Dimyati, dengan kondisi anggaran riset yang menyebar ke mana-mana itu, berpotensi memunculkan sebuah penelitian atau riset yang dobel atau duplikasi.

Artinya riset yang sama, tetapi dilakukan oleh peneliti dari instansi yang berbeda. Dia menjelaskan saat ini sedang digodok ketentuan arah riset nasional. Sehingga riset-riset yang didanai dari APBN bisa terfokus.

BACA JUGA: Hasil Penelitian Ungkap Manfaat Menonton Burung, Wouw!

Saat ini ada sembilan fokus riset pemerintah. Seperti riset di bidang energi, pangan, kesehatan, dan transportasi publik. Nah untuk masing-masing bidang itu, jenis risetnya sangat banyak.

Ke depan setelah ada riset induk nasional, diharapkan penelitian untuk masing-masing bidang dibatasi. Sehingga bisa fokus dan menghasilkan inovasi serta dampak positif bagi masyarakat luas.

Dimyati juga menuturkan, salah satu penopang kegiatan riset adalah perguruan tinggi. Baik itu perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Dia berharap yayasan atau penyelenggara perguruan tinggi swasta memiliki kepedulian mengucurkan dana riset lebih besar kepada pengelola atau rektorat.

’’Kepada para yayasan, mari evaluasi bersama. Apakah selama ini sudah besar dana risetnya,’’ jelasnya.

Menurut Dimyati, masih ada yayasan yang menganggap belanja riset merupakan kegiatan menghabiskan uang.

Dimyati berharap pola pikir seperti itu diubah. Diganti dengan keyakinan bahwa belanja riset itu untuk investasi. Sebab jika sampai pada inovasi, kampus bisa mendapatkan royalti.

Ketua Umum Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi (Apperti) Jurnalis Uddin menyatakan komitmennya untuk mendukung kegiatan riset di perguruan tinggi.

Namun dia mengakui bahwa kondisi keuangan masing-masing kampus itu beragam. ’’Ada kampus yang kuat dan tidak seberapa kuat,’’ jelasnya.

Menurut Ketua Yayasan Universitas Yarsi itu, kegiatan riset di perguruan tinggi memang penting.

Untungnya pemerintah masih memberikan kucuran dana riset kepada kampus swasta. Sehingga kegiatan riset di kampus swasta terbantu. (wan/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengenali Dampak Sindrom FOMO Terhadap Pelajar


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler