Tahun Depan Libas Juara Dunia

Senin, 14 Oktober 2013 – 02:20 WIB
Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri (kiri) menghampiri anak asuhan setelah mengalahkan tim Merah Putih mengalahkan Korea Selatan U 19 pada pertandingan Kualifikasi AFC U-19 Championship 2014 Group G di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/10). Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - PELATIH Tim Nasional (Timnas) U-19, Indra Sjafri, telah memberikan bukti kepada persepakbolaan tanah air bahwa Indinesia bisa menjadi kekuatan yang disegani di tingkat Asia. Setelah 22 September lalu melepaskan dahaga 22 tahun tanpa gelar dengan merebut gelar juara AFF Cup U-19, maka Sabtu (12/10) lalu Indra kembali berhasil memimpin anak asuhnya mengalahkan Korea Selatan (Korsel) dengan skor 3-2 di ajang Kualifikasi AFC Cup U-19.

Bagi Urang Awak itu, rasa percaya diri adalah resep untuk sukses mengukir prestasi. "Jangan pernah merasa lawan lebih baik," katanya dalam wawancara dengan Mahbub Amiruddin dari JPNN.

BACA JUGA: Polisi Harus Jauhi Suap

Tapi, mengukir prestasi dengan membawa Timnas U-19 menjuarai AFF Cup baru-baru ini dan mengantongi tiket AFC Cup di Myanmar tahun depan tak membuat Indra menuntut banyak pada pemerintah. Baginya, tak ada rumus hitung-hitungan dengan negeri yang membesarkannya.

Intinya, Indra tak mau merengek kepada pemerintah agar anak-anak asuhnya di Timnas U-19 berlimang bonus. "Jangan pernah mengukur pengabdian dengan materi," tegasnya.

BACA JUGA: KY Terlalu Lemah, Jangan Mengawasi MK

Berikut petikan wawancara dengan Indra saat ditemui di di Hotel The Sultan, Minggu (13/10);

Apa kunci keberhasilan Anda melatih Timnas U-19?

BACA JUGA: Tolak Pengawasan, Hakim Konstitusi Tak Cinta MK

Kuncinya ada di talent scouting. Saya mencari pemain dengan standar tinggi. Ada empat hal yang harus dipenuhi oleh para pemain, skill tinggi, fisik prima, teknik tinggi dan mental baja. Saya tidak menerima titip-tipan pemain dari pihak manapun, kalau pemain tidak memenuhi empat unsur itu jangan harap saya akomodir di Timnas U-19.

Selain itu, tim ini sudah saya persiapkan sejak lama, yakni saat masih berstatus Timnas U-17. Saya ingin dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya ada peningkatan secara statistik. Saya juga didukung oleh tim pelatih yang mumpuni. Pelatih kiper, fisik, mental, HPU (High Performance Unit, red) dan fisioterapis. Mereka semua asli orang Indonesia. Jadi tim ini sudah sangat dipersiapkan dengan matang tidak ujug-ujug jatuh dari langit.
 
Bagaimana Anda mengasah mental pemain?

Pertama saya harus yakin pada diri sendiri dulu. Makanya kalau bicara pada media, saya selalu percaya diri. Seperti jelang menghadapi Korsel, tiga hari sebelum pertandingan saya bikin statement; 'Bilang sama Korea kita akan kalahkan mereka tanggal 12 Oktober'. Kalau saya mengucapkan statement yang hanya berusaha menahan imbang atau kalah tidak dalam gol banyak, itu akan berpengaruh ke pemain.

Mungkin saat Korsel baru pemanasan mereka sudah tertunduk. Keyakinan ini yang saya tularkan ke pemain dengar statemen Evan Dimas kemarin 'jangan pernah merasa lawan lebih baik'.

Kalau pelatihnya optimis pemain jadi militan tidak ingin bangsa lain menginjak-injak negaranya di rumah sendiri. Saat melawan Korsel, permainan Indonesia sangat berkembang di babak kedua.

Apa yang Anda sampaikan di ruang ganti pemain?

Babak pertama kita memang membaca kekuatan lawan. Lalu saat break babak kedua, tim HPU melaporkan bahwa dua centre bek mereka sering telat turun ke bawah untuk kembali ke garis pertahanan. Itu yang kita manfaatkan, saya minta pemain tengah lebih sering memainkan bola ke sayap dan hasilnya tercipta dua gol.

Target di Piala Asia U-19?

Kita ingin masuk semifinal dan lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun 2015. Tahun ini kita bisa mengalahkan juara Asia, tahun depan kita kalahkan juara dunia.

Kalahkan Juara Dunia? Apa tidak terlalu dini, tidak takut dinilai sombong?

Kaget kan? Semua pasti kaget mendengar target kami. Tapi ini tidak sekadar mimpi. Kalau kita tidak yakin, seumur hidup kita tidak akan pernah menjadi juara dunia. Kami tidak sombong. Tolong dibedakan antara sombong beda dengan pede (percaya diri).

Benar kita memang sangat pede, tapi ke-pede-an kami tidak muncul begitu saja. Kita memilih pemain dengan baik, tanpa titip-titipan, latihan dengan maksimal, dan militan di lapangan. Yang namanya sombong itu berkoar-koar ke mana-mana tapi tidak berbuat apa-apa.

Sudah bisa mereka-reka kekuatan lawan di Piala Asia U-19?

Mungkin terlalu dini untuk melihat kekuatan lawan. Tapi siapapun tim yang akan kita hadapi akan kita lawan. Korsel saja yang juara bertahan dan 12 kali juara Asia bisa kita kolongin, apalagi yang lain. Jadi tolong jangan jatuhkan optimisme kami. Saya selalu bilang kepada anak-anak, hanya ada dua yang tidak bisa kita lawan. Pertama Tuhan dan kedua orang tua.

Apa program Anda selanjutnya?

Pemain kita liburkan dulu pemain satu atau dua minggu. Tim pelatih akan saya pertahankan, mungkin ada promosi degradasi pemain. Ada dua pola yang kemungkinan bisa kita ambil.

Pertama Pengprov (Pengurus Provinsi) menggelar turnamen di daerah mereka sendiri atau saya terjun langsung ke lapangan mencari pemain. Ini ada plus minusnya. Mungkin pola pertama tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat tapi jika pengprov rajin menggelar turnamen saya sangat optimis kita bisa membuat tim yang sangat tangguh karena bibit pemain bagus itu sesungguhnya ada di daerah.

Kita memang punya waktu hampir setahun untuk meningkatkan performa tim, tapi saya tidak buang-buang waktu. Saya ingin cepat bekerja lagi.

Apa sudah ada bonus dari PSSI atau Menpora?

Saya tidak pernah mau hitung-hitungan dengan negara. Jangan pernah mengukur pengabdian dengan materi. Saya pernah menderita di tim ini, tujuh bulan gaji tidak dibayar oleh PSSI, tapi saya lalui dengan iklhas. Saya juga tidak mau negosiasi, tapi kalau negara mau memberi apresiasi kepada anak bangsa yang berprestasi saya tidak melarang. Rezeki itu datangnya dari mana saja, tidak perlu kita negosiasi bonus apalagi meminta.

Terakhir, apa Anda masih dipertahankan PSSI?

Saya tidak tahu. Mungkin nanti bisa ditanyakan ke BTN (Badan Tim Nasional) dan PSSI. Belum ada pembicaraan juga, dalam SK Pengngkatan pelatih tidak disebutkan berapa lama saya melatih. Tapi saya yakin dipertahankan. (abu/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karena Pengawasan MK Diserahkan ke Tuhan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler